18 Januari 2011

Biong Tanah Kasak Kusuk, Warga Pasang Harga

Kawasan Jonggol yang dulu sering diistilahkan orang sebagai tempat jin buang anak, tidak lama lagi akan berubah drastis. Itu, seiring dengan rencana Pemkab Bogor, membangun akses jalur poros Tengah-Timur, yang menghubungkan kawasan Jonggol dan sekitarnya dengan kawasan Bumi Serpong Damai, Kota Tangerang Selatan. Kini, sejumlah investor mulai melirik kawasan tersebut. Mereka pun ramai-ramai memburu tanah. Tak ayal, dalam tempo singkat, harga(italic)

SEJAK isu pemindahan pusat pemerintahan berembus kencang. Ditambah, adanya rencana pembuatan jalur poros Tengah-Timur. Jonggol dan sekitarnya mulai menjadi daya tarik dan dilirik banyak investor tanah. Pasalnya, Jonggol akan menjadi sangat luar biasa jika rencana pembangunan jalan poros Tengah-Timur selesai dibangun.

Diresmikannya rencana pembangunan jalur poros Tengah-Timur pada puncak Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) 2010, di Sirkuit Sentul, 20 Desember lalu, membawa pengaruh besar terhadap kondisi warga dan wilayah Timur Kabupaten Bogor.

Tidak hanya Jonggol. Sukamakmur, Cariu sampai Tanjungsari pun saat ini menjadi buruan investor tanah untuk berlomba-lomba menanamkan usaha.

Informasi yang diperoleh, sejumlah perusahaan, pengusaha, maupun orang perorangan mulai mengutus kaki tangannya untuk berburu tanah, yang lokasinya berdekatan dengan rencana pembangunan jalur tersebut.

Mereka mendatangi warga pemilik tanah maupun biong (calo tanah).

Mendengar rencana pembangunan jalur Poros Tengah-Timur, warga pun menetapkan harga tanah cukup tinggi.

Hal ini diakui Aos (44), biong tanah, warga Singosari, Kecamatan Jonggol. Belakangan ini, kata dia, banyak orang yang datang mencari tahu harga tanah dan melakukan survei.

Menurut dia, saat ini harga tanah di Jonggol sudah naik. Lahan di pinggir jalan misalnya, sekitar Rp350.000 hingga Rp 400.000 per meter.

“Kalau lokasinya agak masuk, lebih murah, dan bisa dapat Rp25.000 per meter. Investor yang datang memang belum ada yang transaksi, karena mereka baru survei,” ungkapnya. Banyak investor yang datang, juga diakui Camat Jonggol, Asep Aer Sukmaji.

Hanya, kata dia, para investor itu memburu tanah langsung ke pemilik atau lewat biong, bukan melalui kantor desa atau kecamatan. “Kami sudah dengar dan mendapat laporan dari kades, investor itu berdatangan baru sekadar menanyakan harga tanah dan survei,” kata dia.

Selain itu, pemilik tanah yang tinggal di luar Jonggol, belakangan ini juga mulai sering datang meninjau tanahnya. “Padahal, selama ini tanah mereka jarang ditengok,” tutur Asep.

Atih Sukarsih (38), misalnya. Semenjak ada rencana pembangunan jalur poros Tengah-Timur, hampir setiap hari tanah miliknya di Desa Selawangi, Kecamatan Tanjungsari didatangi biong tanah. Kondisi inilah yang akhirnya membuat ia mengadu ke kantor kecamatan.

“Saya mengadu bukan untuk meminta perlindungan. Tetapi hanya bertanya, apakah benar wacana itu ada atau hanya memang isu,” ungkapnya.

Mendapat jawaban yang pasti dari Muspika Tanjungsari bahwa wacana tersebut benar adanya, Atih pun memutuskan untuk mematok harga tanahnya. “Itu rahasia Mas.

Kalau memang ada yang mau beli, kita nego sama-sama,” ungkapnya antusias.(yus)

Sumber : Radar Bogor

0 komentar:

Posting Komentar