Curug Country - Tanjungsari

Objek wisata yang masih alami, anda akan disuguhkan suasana alam yang asri dan sejuk. Curug Country adalah air terjun yang sangat indah, air bening dan menyejukan mata.

Penangkaran Rusa

Tempat penangkaran Rusa di Cariu ini tidak banyak diketahui orang. Sepi dan jauh dari keramaian. Padahal, lokasi ini sudah ada sejak tahun 1993 dengan nama Wahana Wisata Penangkaran Rusa (WWPR) milik Dinas Perhutani Bogor.

Tradisi Meriam Karbit

Tradisi Meriam karbit mungkin sudah jarang kita jumpai. Tapi di Jonggol masih ada, biasanya diadakan setahun sekali. Acara biasanya dilaksanakan beberapa hari setelah Idul Fitri.

Peta Jonggol

Jonggol adalah sebuah Kecamatan di Timur Kabupaten Bogor, wilayah Jonggol yang luas dengan kontur perbukitan menjadikan Jonggol daerah yang strategis.

Situs Batu Tapak Pasir Awi

Prasasti Pasir Awi (Batu Tapak) atau Prasasti Ciampea adalah salah satu prasasti peninggalan kerajaan Tarumanagara. Prasasti Pasir Awi terletak di lereng selatan bukit Pasir Awi (± 559m dpl) di kawasan hutan perbukitan Cipamingkis Desa Pabuaran Kecamatan Sukamakmur.

24 April 2011

Renovasi Kantor Desa Cibodas Rampung

Jonggol - Camat Jonggol Asep Aer Sukmaji meresmikan Kantor Desa Cibodas, kemarin. Kondisi kantor desa ini sebelumnya cukup parah. Bangunannya sudah tua dan lapuk, sehingga  mengundang kekhawatiran sewaktu-waktu roboh. Kantor desa ini direnovasi dengan mengandalkan dana bantuan Pemerintah Kabupaten Bogor dan swadaya masyarakat serta dana pribadi kepala desa setempat.

“Saya bersyukur kantor desa ini tuntas direnovasi. Ini semua terealisasi berkat adanya bantuan Pemerintah Kabupaten Bogor dan swadaya masyarakat serta dana pribadi saya sendiri,” kata Kepala Desa Cibodas, Handa Suhanda kepada wartawan kemarin.

Menurutnya, upaya melakukan renovasi total kantor desa itu tidak lepas dari kondisi kantor desa yang sangat memprihatinkan. “Sebelum saya terpilih sebagai kepala desa, kondisi kantor desa ini sudah cukup parah. Bangunannya reot dan kami khawatir sewaktu-waktu akan roboh,” jelasnya.

Kondisi itu menurutnya Handa menimbulkan kecemasan bagi seluruh perangkat desa. Termasuk warga yang sedang memiliki urusan ke kantor desa. Karenanya, Handa menyatakan pihaknya berinisiatif untuk melakukan renovasi secara besar-besaran. Tujuannya, selain agar bangunan lebih memadai, juga agar kenyamanan lebih terjaga, sehingga pelayanan kepada masyarakat juga meningkat.

Langkah merenovasi kantor desa itu sendiri tidak semudah membalikkan telapak tangan. Keterbatasan dana merupakan salah satu hambatan. Namun berkat kegigihan Handa bersama warga desa, serta didukung bantuan dari Pemerintah Kabupaten Bogor, dana yang dibutuhkan untuk kepentingan renovasi berhasil digalang. Sehingga renovasi pun bisa tuntas dilakukan. “Keberhasilan ini tentunya berdasarkan kerjasama seluruh komponen, sehingga renovasi ini dapat selesai seperti yang diharapkan,” tukasnya.

Sementara itu Camat Jonggol, Asep Aer Sukmaji menyatakan kebanggaannya terhadap kepada kepala yang telah menunjukkan dedikasi kepada warga. Mudah-mudahan warga terus mendukung program-program desa untuk meningkatkan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.

Selain itu, Asep berharap berharap, keberadaan kantor desa yang saat ini sudah cukup memadai, bisa meningkatkan kinerja perangkat desa dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. “Bangunan yang bagus harus diimbangin juga dengan pelayanan yang semakin baik kepada masyarakat,” imbuhnya.

= Taofik Hidayat

Sumber : Jurnal Bogor

13 Maret 2011

Daftar Bupati Kabupaten Bogor

Ipik Gandamana ( 1948 – 1949 )

Pada tahun 1946 Ipik Gandamana diangkat menjadi Patih Bogor. Saat itu Wilayah Bogor dalam kondisi yang mencekam dan menegangkan, karena tentara Belanda telah menyebar di Bogor termasuk mata-matanya dan menyebarkan politik adu domba (de vide impera). Beberapa kali Ipik Gandamana dibujuk untuk bergabung dengan Belanda, dengan berbagai macam cara termasuk iming-iming jabatan menjadi patih Bogor di lingkungan pemerintahan Belanda Recomba, namun beliau tetap menolak dan membela Pemerintah Republik Indonesia. Saat dalam pengasingan, Ipik Gandamana menerima tugas dari Pemerintah RI untuk menyusun pemerintahan Kabupaten Bogor darurat,dan beliau ditetapkan menjadi Bupati Bogor, kemudian diangkat lagi oleh wakil Gubernur Jawa Barat untuk merangkap menjadi Bupati Lebak. Perjalanan panjang Ipik Gandamana dalam mengemban amanah, selain berkaitan dengan penyusunan pemerintahan daruirat Kabupaten Bogor tidak pernah berhenti, walaupun harus menghuni sel di penjara Paledang, karena tidak mau bekerjasama dengan pemerintah Belanda/Recomba.

Hal yang sangat menarik dari sosok Bupati Pertama ini, beliau dangan menyukai tutut (semacam keong yang hidup disawah) atau lebih dikenal dengan “Daging Pangenyot”adalah merupakan pelengkap lauk pauk di lokasi pengsingannya. Dan sosok inilah yang patut ditiru dan diteladani bagi generasi selanjutnya dilingkungan Pemerintah Kabupaten Bogor. Pamrihnya hanya satu berjuang dan mengbdi bagi kepentingan Negara Kesatuan Republik Indonesia serta selalu mengharapkan ridho Allah SWT.

R.E. Abdoellah ( 1950 – 1958 )

Dalam susunan pemerintahan Kabupaten Bogor Darurat Bapak R.E Abdoellah diangkat sebagai Wedana istimewa dengan tugas pokok pengerahan tenaga rakyat untuk perjuangan, pengerahan bahan makanan untuk keperluan perjuangan,menghadapi/mengikuti perundingan-perundingan dengan Belanda perantaraan KTN (Komisi Tiga Negara), yaitu Australia, Amerika dan Tiongkok. Pada Tanggal 22 Desember 1948, seluruh staf Pemerintahan RI, tentara dan unsur-unsur perjuangan lainnya mulai menjalankan perang gerilya. Ketika itu bapak Ipik Gandamana ditetapkan sebagai Bupati dan Bapak R.E Abdoellah sebagai patih.

R. Kahfi (1958 – 1961)

Mama R.Kahfi putra kedua dari empat bersaudara, ayahanda “mbah Gaos” yang asli berasal dari daerah Menes – Banten yang kental dengan suasana yang agamais dan mengembara di wilayah Jasinga, dilahirkan di Menes pada tanggal 16 Maret 1916,pengabdiannya dalam bidang pemerintahan dilingkungan pemerintah Kabupaten Bogor yang diawali dalam jabatan karirnya sebagai kepala Djawatan penerangan Kabupaten Bogor. Dalam dunia politik, beliau aktif pada salah satu Organisasi Islam sebagai ketua Partai Masyumi. Tahun 1961 – 1962 beliau sempat pula mengabdikan diri pada Badan Pemerintahan Harian (BPH). Sempat aktif di kemiliteran dan menyandang pangkat Kapten “Tituler”. Dalam dunia pendidikan, ‘’mama’’ R.Kahfi merupakan salah satu pendiri yayasan Universitas Ibnu Khaldun Bogor. Pada saat pengabdiannya menjadi Bupati Kepala Daerah Tk II Bogor periode tahun 1958 – 1961, kondisi wilayah kabupaten Bogor saat itu memerlukan pembuatan jalan dan jembatan yang diperlukan sebagai sarana/prasarana komunikasi, salah satu hasil pembangunan di Kabupaten Bogor pada masa Bupati R.E Kahfi adalah pembangunan Jembatan Cipamingkis yang menghubungkan antar wilayah Jonggol dan Cariu, sebagai sarana transportasi guna memudahkan pengangkutan hasil pertanian terutama padi dari kecamatan Cariu.

Karta Dikaria (1960 – 1967)

Disiplin dan Tegas, itulah cirri Bupati Bogor Karta Dikaria. Hal ini terlihat dari keseharian beliau baik saat berada dalam lingkungan kedinasan maupun dalam lingkungan keluarga. Dalam pelaksanaan tugas pemerintahan, apabila melihat ada staf yang melanggar langsung diberikan teguran, bahkan ada staf beliau yang diberhentikan. Lingkungan yang lainnya yang serba agamis, baik dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat menjadi sosok R.Karta Dikaria sebagai sosok panutan, demikian juga dalam kehidupan sehari-harinya,apabila saling berkomunikasi dengan keluarga dan rekan-rekan lainnya melalui surat dan tulisan arab. Hal lainnya yang menarik dari sosok pejabat Bupati Bogor ini adalah tidak pernah menyusahkan orang lain, sebagai contohnya, beliau tidak pernah menyuruh sopir dinasnya untuk mengantar pulang kedaerah Jalan Gunung Gede, karena saat itu sebelumnya pendopo yang pernah digunakan sebagai rumah dinas Bupati di Jalan Veteran dahulunya adalah rumah dinas Residen. Baru beberapa tahun kemudian dijadikan rumah dinas Bupati Bogor. Salah satu hasil Pembangunan pada masa pemerintahan Bupati Karta Dikaria diantaranya adalah diresmikannya pembuatan Jembatan Cibebet yang menghubungkan wilayah Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur, yang akhirnya mampu membuka keterisolasian warga masyarakat Desa Sirnarasa Kampung Girijaya Kecamatan Cariu dengan warga masyarakat Desa Cikalong Kulon Kabupaten Cianjur.

Wissatya Sasemita (1968 – 1973)

Setelah menyelesaikan pendidikannya beliau mengabsi di lingkungan Departemen Kehutanan Nasional yang ditugaskan di Kantor Kehutanan Propinsi Jawa Barat di Bandung dan sebelum diangkat jadi Bupati Kepala Daerah Tk II Bogor sekitar tahun 1965 – 1967 beliau menjabat sebagai wakil Kepala Dinas Kehutanan Bogor.

Pada saat beliau menjabat sebagai wakil kepala Dinas Kehutanan di Bogor tidak ada sama sekali keinginan untuk menjadi Bupati Bogor. Selanjutnya atas permohonan dari angkatan ’45 pada tahun 1967 yang menginginkan agar Ir. Wissatya sasemita menjadi Bupati Bogor. Pada Tahun 1968 Ir. Wissatya sasemita di angkat menjadi Bupati Kepala Daerah Tk II Bogor periode 1968 – 1973. Selanjutnya dalam melaksanakan kegiatan dalam bidang pemerintahan dan kemasyarakatan di Kabopaten Bogor Beliau masih tetap bertempat tinggal di Jalan Riau bersama Ibu Utje Sukesih Gandamana (Putri kedua Bapak Ipik Gandamana) tidak menempati pendopo Bupati di jalan Veteran Bogor, karena pada saat itu kondisi pendopo yang tidak layak huni. Dalam kesehariannya Ir.Wisatya sangat gemar berolahraga dan menitik beratkan pada kegiatan kedinasannya dalam bidang kehutanan yang memang merupakan keahliannya. Salah satu hasil Pembangunan pada masa pemerintahan Bupati Ir.Wisatya adalah diresmikannya jembatan Ciampea.

R. Moch Muchlis (1973 – 1976)

Dasar pertimbangan perencanaan pembangunan dimaksud didasarkan keperluan adanya pola perencanaan dan pelaksanaan integral antara masing-masing daerah, sehingga adanya satu kesatuan pola kehidupan masyarakat yang karena pertimbangan teknologi dan mederenisasi memerlukan lingkup yang lebih luas. Keputusan bersama tersebut diatas secara garis besar menetapkan perencanaan, pelaksanaan pembangunan Bogor baru sesuai dengan batas-batas pada peta yang telah ditetapkan, direncanakan, disahkan, dan dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Bogor bersama-sama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor.

Penetapan lainnya adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor berkewajiban penuh untuk menyediakan tanah bagi perkembangan pembangunan tersebut sesuai dengan rencana dan tanah-tanah untuk pemukiman kembali serta tanah kuburan di luar daerah tersebut yang dalam pelaksanaanya di lakukan oleh pemerintah Kodya Bogor dan secara administratif daerah tersebut tetap merupakan wilayah hukum Pemerintah Kabupaten Bogor.

H. Ayip Rughby (1975 – 1982)

Cita-cita H. Ayip Rughby adalah untuk mengabdi kepada Bangsa,Negara, dan Agama tanpa pamrih dan ambisi berdasarkan atas pengabdiannya yang tulus ikhlas dan hanya mengharap ridho allah SWT. Keputusan untuk menjadi Bupati Bogor bukan keinginan pribadinya sendiri. Tetapi atas desakan dari masyarakat, para alim ulama, maupun ABRI dan pimpinan Negara sehingga beliau berkenan untuk mengemban amanah tersebut. Pada awal pelantikannya sebagai Bupati Bogor ada keinginan yang mendalam dan sangat besar untuk mengangkat derajat kehidupan masyarakat Kabupaten Bogor Khususnya melalui pembangunan sumberdaya manusia dan infrastruktur/perekonomian ke seluruh daerah pelosok di Kabupaten Bogor untuk menuju masyarakat yang beriman, beramal, dan sejahtera. Pada saat usia sekolah, segala kebutuhan beliau untuk sekolah di biayai oleh eyang Hasan di Desa Pondok Kahuru-Ciomas, sedangkan untuk menopang kehidupan sehari-hari Ibu Nyai mengajar mengaji dan Ayip kecil membantu usaha ibunda tercintanya dengan berjualan kue setiap pagi sebelum berangkat ke sekolah dan juga berwirausaha berjualan sayur sayuran dan ikan ke Kota Serang pada setiap hari minggu.

Sebagai modal berwirausahanya beliau meminjam sepeda kumbang milik Eyang Hasan yang menempuh jarak 10-20 Km dari Karangantu tempat pelelangan ikan ke Kota Serang, semua jerih payah beliau tabungkan di dalam tiang bambu penyangga rumah. Pengalaman H. Ayip yang paling berkesan selama aktif di kemiliteran diantaranya adalah penumpasan DI/TII di wilayah Bandung Selatan (Tahun 1952-1959). Selain itu, beliau juga mencetuskan dan membangun Proyek Transmigrasi Lokal Angkatan Darat di Teluk Lada Labuan-Banten pada Tahun 1957 – 1960. Hal ini adalah ide dan gagasan beliau yang cemerlang yang selanjutnya menjadi cikal bakal proyek transmigrasi yang dikembangkan di Indonesia. Beliau juga mencetuskan Operasi Bhakti Siliwangi di wilayah Korem 064/Maulana Yusuf (1966-1969), untuk pembuatan jaringan jalan sewilayah Banten, Bendungan Irigasi Cisata, pembangunan Pelabuhan Karangantu. Yang terakhir bersama Presiden Soeharto Mencetuskan berdirinya Yayasan Dharmais, yang saat itu bertujuan untuk mensejahterakan golongan miskin dengan mengembangkan pola transmigrasi dan membekalinya dengan pendidikan keterampilan di bidang pertanian, usaha rumah tangga, dan pertukangan.

Soedrajat Nataatmaja (1983 – 1988)

Mulai pendidikan di Sekolah Rakyat No.8 Cirebon yang saat itu lebih dikenal dengan Sekolah Rakyat – Sunda. Mengingat kedua orang tuanya selalu berpindah-pindah tempat tugas, maka Soedrajat Nataatmadja selalu dititipkan mengikuti paman, dari satu paman ke paman yang lainnya di Kota Bandung. Setelah Lulus SMA, ayah beliau menghendakinya untuk bersekolah di Fakultas Kedokteran UNPAD Bandung, namun oleh kakeknya dimasukan ke sekolah Pamong Praja di Serang Banten. Selanjutnya sekolah dilanjutkan di Akademi Militer Nasional (AMN) dan dilanjutkan ke Akademik Teknik Angkatan Darat di Bandung, penugasan pertama dalam jajaran ABRI/TNI saat itu adalah di Kodam IX/Mulawarman daerah Kalimantan Timur. Pada tahun 1983 selesai bertugas di Jajaran Kesatuan ABRI/TNI. Soedrajat Nataatmaja memimpin Kabupaten Bogor pada periode 1983-1988, selama masa jabatannya yang menjadi kebijakan pemerintahannya diantaranya adalah membuka isolasi seluruh desa-desa di Kabupaten Bogor dengan membangun jalan dan jembatan yang bisa dilalui kendaraan roda empat. Pembangunan infrastruktur selama masa jabatannya antara lain jembatan Garendong yang menuju ke ibukota Kecamatan Rumpin. Kebijakan lainnya adalah kesejahteraan dan sarana kerja yang perlu mendapat dukungan penuh, terutama bagi kantor pembantu Bupati dari Sekretaris Wilayah Kecamatan, semata-mata untuk meningkatkan moril pegawai yang bertugas didaerah. Tekadnya untuk merealisasikan kepindahan ibukota Kabupaten Bogor Ke Cibinong setelah terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1982 Tentang Pemindahan ibukota Kabupaten Daerah Tk II Bogor dan Wilayah Kotamadya Daerah Tk II Bogor diwujudkan melalui peletakan batu pertama dilokasi Ibu Kota Kabupaten Bogor di Desa Tengah Kecamatan Cibinong.

H. Eddie Yoso Martadipura (1988 – 1993 dan 1993 – 1998)

Masa tumbuh kembangnya berada dalam lingkungan keluarga yang sangat sederhana dansarat akan nilai-nilai religious. Pendidikan yang dilaluinya antara lain : Lulus Sekolah Rakyat Kuningan tahun 1954; Lulus SMP Kuningan tahun 1957; Lulus SMA 1 Cirebon Jurusan PASPAL tahun 1960; Akademi Pendidikan Djasmani (APD) Bandung sampai tahun 1961; Lulus AKMIL Magelang Jurusan Teknik Tahun 1964; Lulus Aplikasi AKMIL Jurtek di Bandung tahun 1965; Lulus SUSLAPAZI Bogor tahun 1975 dan Lulus SESKOAD Bandung tahun 1979.

Pada Akhir tahun 1965 mendapat tugas di Batalyon Zeni tempur 8 di KODAM XIV/ Hasanuddin Makasar. Pada tahun 1975 mendapat tugas di Batalyon Zipur 3 KODAM IV/ Siliwangi Bandung. Pada Tahun 1979 beliau menjabat sebagai DAYON di Batalyon ZIPUR 3 KODAM IV/Siliwangi Bandung. Pada tahun 1982 ditugaskan sebagai anggota MPR dari Fraksi ABRI untuk periode 1982-1987.pada tahun 1988 mendapat kepercayaan dari pemerintah dan masyarakat Kabupaten Bogor untuk menjabat sebagai Bupati Bogor. Kemudian pada tanggal 5 Oktober 1993 beliau mendapat kepercayaan kembali memegang jabatan yang sama untuk masa bakti 1993-1998.

Hasil- hasil kerja yang telah dicapai antara lain: pembuatan beberapa jalan baru dan jembatan serta rehabilitasi beberapa jalan yang telah ada guna memperlancar lalulintas arah DKI Jakarta maupun dalam wilayah Kabupaten Bogor, pengawasan dan pengendalian pengambilan tanah dan wilayah tertentu Kabupaten Bogor untuk kepentingan penimbunan lahan-lahan di Jakarta; pengawasan,pengendalian dan penertiban lahan bangunan serta perumahan; mewaspadai dan menindaklanjuti tumbuhnya bangunan-bangunan illegal di wilayah perbukitan yang berpotensi pariwisata dan wilayah perkebunan terlantar; penertiban pembangunan diwilayah dataran rendah seputar Jakarta sebagai konsekwensi perkembangan penduduk guna mempertahankan lahan hijau dan pemeliharaan situ-situ.

H. Agus Utara Effendi (1998 dan 2003-2008)

Lahir di Bogor tahun 1943, putra dari H. Yuusuf Effendy dan Hj. Djuhriah ini selepas mengenyam pendidikan di SD Negeri Polisi, SMP dan SMU di Ciamis, H. Agus Utara Effendy melanjutkan pendidikan di Akademi Militer Magelang. Bahkan seusai menyelesaikan pendidikan militernya, ia banyak dipercaya memegang jabatan kemiliteran seperti Dan Kodan A/Yoa 133/Dam II(1971), Kasie I/Yon 133/Dam III (1972), Kasi I/DIM 0305 DAM III (1973), Kasie I/DIM 0315 DAM III (1975) dan lainnya. Terakhir ia menjabat sebagai Kabag Pampres Ropam Dephankam dengan pangkat colonel TNI AD. Setelah menghabiskan lebih dari separuh masa hidupnya, kemudian ia kembali ke Dayeuh Pakuan Padjajaran untuk menjadi Bupati. Bahkan ketika, menjabat sebagai Bupati pada masa Bhakti 1998-2003, ia kembali dipercaya pada tahun 2003-2008 untuk periode yang kedua.

H. Rachmat Yasin (2008-20013)

Drs. H. Rachmat Yasin, MM adalah Bupati Bogor pertama periode 2008-2013 pilihan rakyat secara langsun. Berpasangan dengan H. Karyawan Fathurachman sebagai wakilnya, pria yang akrab di sapa RY memenangi Pemilihan Umum Bupati/Wakil Bupati Bogor tahun 2008 dengan suara mutlak.

Sebelum terpilih sebagai Bupati Bogor RY adalah Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Bogor Periode 2004-2009. Selain menjabat sebagai ketua DPRD Kabupaten Bogor, beliau adalah Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Kabupaten Bogor periode 2006-2011 untuk masa bakti yang kedua. Diluar aktifitas politiknya, beliau dipercaya masyarakat sepak bola Kabupaten Bogor sebagai Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Indonesia Kabupaten Bogor (Persikabo) untuk periode kedua. RY lahir di Bogor Jawa Barat pada tanggal 4 Nopember 1963. Seorang politikus dengan bekal akademis karena beliau adalah Sarjana Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Nasional Jakarta tahun 1983. Lanjutanstudinya berlangsung di Universitas Satyagama Jakarta dan berhasil meraih gelar Magister Management tahun 2001. RY adalah putra kedua dari Sembilan bersaudara pasangan (alm) ,HM. Yasin – HJ. Nuryati. Bakat politik RY menurun dari ayahandanya (alm), HM Yasin seorang perintis. Pendiri dan tokoh Kharismatis PPP di Bogor dan pernah menjabat sebagai anggota DPRD Kabupaten Bogor dan anggota DPRD Kota Bogor. RY tumbuh dan hidup dalam tradisi Nahdlatul Ulama (NU). Tak heran jika Beliau banyak berkecimpung di organisasi di bawah naungan NU. Kiprahnya di Kabupaten Bogor dimulai ketika beliau diberi amanat sebagai Ketua Gerakan Pemuda (GP) Anshor Kabupaten Bogor tahun 1984-1991. Jalannya di dunia organisasi kepemudaan makin terangsang saat beliau di percaya sebagai pengurus DPD Komiite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kabupaten Bogor tahun 1982-1991. Terakhir di KNPI beliau menjabat sebagai anggota Majelis Pertimbangan Pemuda (MPP) DPD KNPI Kabupaten Bogor.

Diluar organisasi kepemudaan, RY dikenal sebagai Aktifis di kampus di masa orde baru. Pergaulannya yang luas membuat beliau benyak berhubungan dengan para aktifis-aktifis yang bersebrangan dengan pemerintah yang berkuasa waktu itu. Tahun 1997, akhirnya RY berhasil duduk sebagai Anggota DPRD Kabupaten Bogor. Kali pertama menjadi anggota DPRD Kabupaten Bogor, RY dipercaya sebagai Ketua komisi C DPRD Kabupaten Bogor yang membidangi keuangan daerah. Kecerdasannya terasah dan teruji oleh berbagai kalangan sebagai :Pakar Keugangan Daerah”.

Pada pemilu pertama di era reformasi, beliau kembali terpilih sebagai anggota DPRD Kabupaten Bogor untuk periode 1999-2004. Di PPP, untuk kali kedua di Musyawarah Cabang (Muscab) ke V di Cipayung, beliau kembali terpilih secara aklamasi sebagai ketua DPC PPP Kabupaten Bogor periode 2006-2011. Dalam muscab tersebut, lahirlah salah satu rekomendasi Muscab agar DPC PPP Kabupaten Bogor mencalonkan beliau sebagai calon Bupati Bogor periode 2008-2013.

03 Februari 2011

Pasar Cariu Dipastikan Direlokasi 2011

BOGOR-KITA.com - Direktur Utama PD Pasar Tohaga Cahya Vidiadi menjanjikan akan merelokasi Pasar Cariu. "Tahun depan, pokoknya Pasar Cariu harus di relokasi," kata Cahya saat berdiaolog dengan warga di Desa Sukajadi, Kecamatan Cariu, Senin (29/11/2010).

Pernyataan Cahya tersebut sekaligus memupus keraguan warga dan pedagang lainya.

Tidak kurang Kepala Desa Cariu Achmad Suryadi menyatakan lega dengan pernyataan kepastian relokasi Pasar Cariu. Warga setempat juga menurutnya, menyambut positif langkah yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Bogor yang memprioritaskan pembangunan Pasar Cariu. Betapa tidak, setelah beberapa lama menanti-nanti, relokasi itu bakal terlaksana dalam waktu dekat.

Bakri Hasan, Kepala Seksi Pembangunan Kantor Kecamatan Cariu menyatakan, dengan relokasi, maka permasalahan yang selama ini membelit Pasar Cariu akan segera teratasi. Pasar Cariu dinilai sudah tidak memadai lagi karena lahannya yang terbatas dan sering menimbulkan kesemrawutan lalu lintas.

"Karena kondisi pasar yang sudah tidak memadai itulah sebenarnya semua pihak menilai Pasar Cariu perlu direlokasi," imbuhnya.

Bakri Hasan tidak menampik pelaksanaan relokasi terkesan lama dan sebelumnya tidak memiliki kepastian. Kini, seiring dengan kepastian pelaksanaan relokasi, Bakri meminta semua pihak memberikan dukungan yang penuh. Bagaimanapun, relokasi adalah jalan terbaik untuk tersedianya pasar yang nyaman bagi pedagang dan penjual. Lebih dari itu, relokasi sangat penting bagi percepatan pembangunan wilayah.

Sumber : Bogorkita

Lokasi Rawan Pencurian Motor di Bogor

BOGOR, KOMPAS.com - Hampir setiap hari terjadi percurian sepeda motor di wilayah Kabupaten Bogor. Namun, kejahatan itu paling sering terjadi di Cibinong, Gunung Putri, dan Cileungsi. Dari rata-rata 80 kasus pencurian motor, dua pertiganya banyak terjadi di tiga wilayah kecamatan itu.

"Daerah rawan pencurian motor, yang paling rawan Cileungsi. Kayaknya hampir setiap hari di situ selalu ada laporan orang kehilangan motor. Lainnya, Cibinong dan Gunung Putri. Kalau rawan balapan motor liar, di Jalan Raya Pemda dan Kandang Roda," kata Kepala SPK Polres Bogor Ipda Edwin, di Cibinong, Rabu (12/1/2011).

Hal yang sama dinyatakan Kepala Bina Mitra Polres Bogor Ajun Komisaris Muhtarom. Padahal para babinsa sudah berulang kali melakukan sosialisasi para pengelola usaha atau tempat ibadah, untuk waspada kejahatan ini.

"Spanduk untuk mengingatkan pemilik motor agar menggunakan kunci ganda, juga kami pasang di mana-mana," kata Muhtarom.

Secara berkala, anggotanya pun mengirim pesan singkat melalu telepon seluler ke semua pengurus masjid atau rumah ibadah lainnya, untuk tidak lupa saat mengumumkan hasil dan penggunaan dana mesjid/rumah ibadah, juga mengumumkan agar motor hati-hati saat memarkir motornya.

Muhtarom memperlihatkan berisi pesan baku kewaspadaan itu, yakni memohon para pengurus untuk mengumumkan pemilik motor mengunakan kunci ganda, menaruh motor di halaman parkir, tempat terang, dan terbuka, tetap mengunci ganda motor walau di parkir di garasi atau teras rumah, serta meminta tamu yang berkunjung juga mengunakan kunci ganda pada motornya.

Motor yang dilaporkan hilang, rata-rata tidak menggunakan kunci ganda pengaman dan terjadi di permukiman. "Maling motor itu hanya perlu beberapa detik saja untuk menghidupkan mesin motor dengan kunci palsu letter T," kata Muhtarom.

Dari data yang diberikan Subbagian Humas Polres Bogor, terungkap dari rata-rata 100 kasus kejahatan yang dicatat Bagian Operasi Polres Bogor, 75 persen adalah kejahatan pencurian kendaraan bermotor. Terbanyak terjadi di wilayah Cibinong, Gunung Putri, dan Cileungsi. Kasus pencurian motor yang terjadi di tiga wilayah itu per bulannya masing-masing antara 20 dan 35 kasus.

"Pencuriannya banyak terjadi saat motor diparkir di halaman rumah, pingir jalan, dan tempat parkir swalayan atau minimarket," kata Kepala Subbagian Humas Polres Bogor Ajun Komisaris Pispita Lena.

Dari data tersebut, juga terlihat waktu pencurian terjadi paling banyak pada hari Jumat, Sabtu, dan Minggu. Jam terjadi kejahatan itu paling sering terjadi antara pukul 11.00 - 12.00 dan antara pukul 18.00 - 21.00 WIB.

Sumber : Kompas

01 Februari 2011

Situsari Rawan Balapan Liar

Cileungsi - Warga Situsari Kecamatan Cileungsi mengeluhkan semakin maraknya balap motor liar di kawasan tersebut. Setiap malam Minggu, pemuda dari berbagai daerah secara rutin berkumpul di depan Perumahan Mutiara sebagai tempat memulai dan berakhir di Perumahan Citra Indah.
“Sebelumnya Jalan Raya Cileungsi-Jonggol tepatnya di Perumahan Citra Indah menjadi lokasi balap motor liar. Sudah hampir sebulan ini lokasinya pindah di depan Perumahanan Mutiara, karena kondisi jalannya lurus dan jarang ada lobang,” ungkap Maryani, warga Desa Situsari kepada Jurnal Bogor, Kamis (27/1).
Menurut Maryani, aksi kebut-kebutan antar pemuda itu sangat meresahkan warga sekitar. Selain, suara motor yang mengganggu, seringkali aksi balapan liar tersebut menimbulkan korban tabrakan. “Sudah banyak juga yang menjadi korban karena motornya tabrakan saat balapan. Warga juga sangat terganggu karena suara knalpot yang bising,” ujarnya.
Maryani mengatakan, minimnya petugas polisi yang berpatroli di daerah yang berbatasan dengan Kecamatan Jonggol, itu membuat Situsari menjadi daerah pilihan pemuda untuk melakukan balapan liar.
“Kalau ada petugas patroli biasanya bubar, tapi besoknya ada lagi. Sayangnya polisi jarang berpatroli di sini,” ungkapnya.
Ia berharap, aksi balapan liar tersebut dapat segera diberantas oleh pihak yang berwajib. Selain mengganggu warga, aksi tersebut juga dapat membahayakan pengguna jalan lainnya. “Kami berharap polisi dapat menindak tegas para pelaku balap liar itu. Pokoknya biar nggak ada lagi balapan liar di sini,” tandasnya.
Salahsatu caranya, kata Maryani adalah dengan membuat pos polisi yang lokasinya berada di antara Desa Situsari dan Desa Cipeucang. Menurut dia, warga sudah setuju dan memberikan pernyataan tertulis agar pihak kepolisian mendirikan pos polisi di antara dua desa tersebut.
“Warga sudah setuju dibangun pos polisi. Dengan adanya pos polisi paling tidak pemuda yang melakukan balapan liar tersebut akan takut dan menghentikan balapan setiap malam Minggu itu,” tandasnya.

Sumber: Jurnal Bogor

19 Januari 2011

Berburu Tanah di Jonggol

Daya tarik kawasan Jonggol, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, kini mulai dilirik sejumlah investor, pengusaha, maupun orang-perorangan dengan beramai-ramai memburu tanah di kawasan tersebut. Dalam tempo singkat, harga tanah pun melonjak drastis.

KAWASAN Jonggol yang dulu sering diistilahkan orang sebagai tempat jin buang anak, untuk melukiskan betapa ter-kebelakangnya wilayah tersebut, kini berubah drastis. Jonggol mulai menjadi daya tarik dan dilirik banyak orang untuk berinvestasi dengan membeli tanah, sejak isu adanya pemindahan pusat pemerintahan RI ke wilayah tersebut bcrembus kencang akhir-akhir ini. Yang perlu dicatat, potensi Jonggol akan menjadi sangat luar biasa jika rencana pembangunan ruas jalan Poros Jonggol selesai di bangun.

Pencanangan pembangunan jalan Poros Jonggol, akan dilakukan langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, bertepatan dengan peringatan Hari Kesetiakawanan Nasional pada 20 Desember mendatang.

Informasi yang diperoleh, sejumlah perusahaan, pengusaha, maupun orang perorangan mulai mengutus kala tangannya untuk berburu tanah yang lokasinya berdekatan dengan rencana pengembangan kawasan Jonggol. Orang-orang itu mendatangi warga pemilik tanah maupun biong (calo tanah). Hanya saja, informasi tentang pengembangan kawasan Jonggol rupanya suda-didengar warga dan mereka pun menetapkan harga tanah cukup tinggi.

Hal ini diakui, Aos (44), biong tanah, warga Singosari, Kecamatanjonggol. Belakangan ini, kata dia, banyak orang yang datang mencari tahu harga tanah dan melakukan survey.

Pria ini mengatakan, saat ini harga tanah di Jonggol sudah naik. Lokasi yang berada di pinggir jalan misalnya, sekitar Rp 350.000 hingga Rp 400.000 meter. Kalau yang lokasinya gak masuk, lebih murah, dan bisa dapat Rp 25.000 per meter. "Investor yang datang memang belum ada yang transaksi, karena mereka baru survey," ungkapnya.

Banyak investor yang datang, diakui Camat Jonggol, Asep Aer Sukmaji.

Hanya saja, kata dia, para investor itu memburu tanah langsung ke pemilik atau lewat biong, bukan melalui kantor desa atau kecamatan. "Kami sudah dengar dan mendapat laporan dari kades, investor itu berdatangan baru sekedar menanyakan harga tanah dan survey," katanya.

Selain itu, ujarnya, pemilik tanah yang ting-gal di luar Jonggol, belakangan ini mulai sering datang meninjau tanahnya. "Padahal selama ini, tanah mereka jarang ditengok," katanya.

Poros jonggol

Sementara itu, rencana pembangunan jalan poros tengah timur atau jalan poros Jonggol yang digagas Pemerintah Kabupaten Bogor, akan menghubungkan kawasan Jonggol dan sekitarnya dengan kawasan Bumi Serpong Damai, Kota Tangerang Selatan.

Bupati Bogor, Rachmat Yasin di Cibinong, Jawa Barat, beberapa waktu lalu mengatakan, pembangunan jalan poros Jonggol diharapkan dapat menyatukan tata ruang pembangunan regional Bogor dengan wilayah-wilayah di sekitarnya, termasuk dengan Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten.

Pembangunan jalan poros Jonggol diharapkan akan menghubungkan kawasan Jonggol, kawasan Sentul City dengan Kota Mandiri Bumi Serpong Damai, Tangerang Selatan. "Jalan poros Jonggol akan menjadikan kawasan sekitar Jonggol tidak hanya terhubung secara langsung dengan Jakarta, Bekasi maupun Cianjur, namun juga dengan Tangerang," ujarnya.

Dalam peta rencana pembangunan jalan poros Jonggol yang dilansir Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Bogor 2010 digambarkan, jalan poros Jonggol akan terhubung secara langsung dengan kawasan BSD. dn

Sumber: Bataviase

BIONG MEMBURU TANAH MURAH

BOGOR (Pos Kota) - Proyek pembangunan Jalur Puncak II atau Poros Tengah-Timur akan digeber Pemkab Bogor. Meski masih ada lahan 4,8 hektare milik Perum Perhutani yang belum bisa ditebus, Pemkab akan membelinya.

Di lain pihak sejumlah biong(spekulan tanah - red) kini kasak-kasuk mencari tanah murah di jalur yang menghubungkan Jonggol-Babakan Madang-Bumi Serpong Damai dan Delta Mas, Bekasi-Jonggol- Pun-cak-Cianjur ini.

"Jika lahan Perum Perhutani itu tetap sulit ditembus, Pemkab Bogor akan membelinya. Kami ditarget 2012 dimulai pembangunannya yang dibagi tiga tahap dengan anggaran sekitar Rp350 miliar," ujar Kepala Bappeda Kabupaten Bogor, M Zairin, Jumat (7/1).

Untuk tahap pertama dibangun jalan sepanjang 28 Km dan lebar 30 meter mulai dari Babakan Ma-dang-Sukamakmur-Jonggol dengan anggaran Rp50 miliar hingga Rp70 miliar.

Sedangkan tahap kedua dari Sukamakmur ke Cariu (Jalan Transyogi) dengan panjang 15 Km. Selanjutnya dari Sukamakmur ke Cipanas (Cianjur) dengan panjang jalan 10 Km. "Ruasjalan ini telah ada, tapi masih k!cil dan kondisinya rusak," katanya.

Adapun daerah yang terkena jalur ini adalah wilayah Kecamatan Babakan Mad.ang, Citeureup, Cariu, Jonggol, Sukamakmur hingga Tanjungsari meliputi, 67 desa dan luas lahan 71 hek t are. Rencananya jalan ini sepanjang 26 Km.

Masalah pembebasan lahan, sudah mend apat lampu hijau dari pemilik lahan di antaranya, Group Sentul, Probosutejo, Delta Mega Kuningan, Bukit Kharisma Sulsamakmur, dan Perhutani.

"Agenda 2011 ini kita lakukan deta.il engineering design, pendataan tanah, tanaman, bangunan, pembebasannya, pembukaan badan jalan 14 km dengan lebar 20 meter h ingga proses penyelesaian tanahkehutan-an yang terkena jalan," papar Zairin.

Poros TimurTengah merupakan jalur singkat yang rencananya akan digunakan untuk akses dari B-ogor atau

Jakarta menuju Cianjur dan Bandung. Sebrab, Jalur Puncak dari pintu masuk Ciawi sudah terlalu padat. Kini, sejumlah investor mulai melirik kawasan tersebut.

MEMBURU TANAH

Sejumlah biong pun ramai-ramai memburu tanah di kawasan ini. Tak ayal, dalam tempo singkat, harga tanah melambung. Hal ini diakui Aim-, biong tanah, warga Singosari, Kecamatan Jonggol. Belakangan ini, banyak orang yang datang mencari tahu harga tanah dan survei. Lahan di pinggir ialan misalnya, sekitar Rp350.000 hingga Rp400.-000 per meter.

"Kalau lokasinya agak masuk, lebih murah, bisa dapat Rp25.000 per meter. Investor yang datang memang belum ada yang melakukan transaksi karena mereka baru survei," katanya.

Camat Jonggol Asep Aer Sukmaji mengakui investor memburu tanah langsung ke pemilik atau lewat biong, bukan melalui kantor desa atau kecamatan. "Kami dapat laporan dari kades, investor itu It.ii 11 sekadar menanyakan harga tanah dan survei," katanya.(iwan/si/r)

Curug Kantri-Tanjung Sari








Curug Kantri terletak di Desa Tanjung Rasa, Kecamatan Tanjung Sari, Kab. Bogor.

Petunjuk Arah

  • Dari Jakarta atau Bogor keluar pintu tol Cibubur, masuk ke Jl. Trans-Yogie, ambil arah ke Cileungsi.
  • Ambil jalan lurus di perempatan, anda akan melewati Taman Buah Mekarsari di sebelah kanan jalan dan berada di Jl. Cileungsi – Jonggol.

  • Ambil terus jalan utama, sampai anda di pertigaan, Jl. Cibarusah – Cikarang ke kiri dan Jl. Raya Jonggol ke kanan; ambil kanan ke Jl. Raya Jonggol.
  • Ikuti terus Jl. Raya Jonggol sepanjang sekitar 13,6 km, sampai anda di pertigaan: kiri ke Jl. Cariu – Babakan Raden, kanan ke Jl. Cariu – Bantarkuning; ambil kanan ke Jl. Cariu – Bantarkuning.
  • Setelah sekitar 8,6 km dari pertigaan, anda akan menemukan jalan kecil ke arah kanan di GPS: -6.56959, 107.14060. Belok ke kanan, masuk ke jalan ini.
  • Ikuti terus jalan ini sampai anda menemukan percabangan jalan ke kiri, dengan lapangan bola di sebelah kanan, GPS: -6.56359, 107.12111. Ambil jalan ke kiri. Jalanan ini menurun dan kemudian belok ke kiri ketika anda bertemu pertigaan. Ikuti jalan sampai anda menemukan bundaran dan pos jaga di mulut percabangan jalan ke arah kanan.
    Dari Pos Jaga, anda masih beberapa ratus meter lagi untuk sampai ke tempat parkir kendaraan, dengan melewati jalanan yang agak curam dan berliku.

Sumber :http://thearoengbinangproject.com/2010/09/wisata-country/

Situs Batu Tapak Pasir Awi


Prasasti Pasir Awi (Batu Tapak) atau Prasasti Ciampea adalah salah satu prasasti peninggalan kerajaan Tarumanagara. Prasasti Pasir Awi terletak di lereng selatan bukit Pasir Awi (± 559m dpl) di kawasan hutan perbukitan Cipamingkis, desa Sukamakmur, kecamatan Jonggol, kabupaten Bogor tepatnya pada koordinat 0°10’37,29” BB (dari Jakarta) dan 6°32’27,57”Prasasti Pasir Awi telah diketahui sejak tahun 1867 dan dilaporkan sebagai prasasti Ciampea. Peninggalan sejarah ini dipahat pada batu alam. Prasasti Pasir Awi berpahatkan gambar dahan dengan ranting dan dedaunan serta buah-buahan (bukan aksara) juga berpahatkan gambar sepasang telapak kaki. Prasasti ini pertamakali ditemukan oleh N.W. Hoepermans pada tahun 1864.

Sumber : 1, 2

Mesin Pengering Gabah Diujicoba

CARIU - Petani di kawasan Kabupaten Bogor bagian timur, khususnya yang berada di Kecamatan Cariu, dalam waktu dekat ini tak perlu lagi pusing ketika mau menjemur gabah. Karena mereka akan mendapatkan bantuan alat pengering gabah modern dari Dinas Koperasi, Perdagangan, Perindustrian dan UKM.
Alat modern yang dibeli APBD tersebut, kemarin diuji-cobakan oleh petani di Desa Cariu. Uji coba disaksikan Udin Syamsudin, Kadiskopperindag & UKM dan seluruh poktan yang ada di kecamatan tersebut.
Ditemui seusai ujicoba, Syamsudin menyatakan cukup puas melihat hasilnya. Mesin pengering ini mampu mengeringkan padi sebanyak 16 ton setiap harinya. Sehingga sangat menolong para petani dalam mengeringkan hasil panennya. "Jadi habis panen, para petani tinggal bawa padinya ke sini untuk dikeringkan dalam waktu yang cepat. Tidak perlu lagi mengeringkannya di ladang atau di rumah," kata Syamsudin.
Menurutnya, selain mempercepat proses pengeringan, dengan tersedianya mesin pengering ini, para petani juga bisa bebas dari hambatan cuaca selama proses pengeringan. Pasalnya, dengan menggunakan mesin ini, pada saat musim hujan pun, proses pengeringan padi bisa dilakukan.
Sejumlah petani yang ditemui disela-sela ujicoba menyatakan, salut dengan inovasi yang dilakukan instansi terkait dalam menolong para petani. Karenanya, mereka menyambut baik hadirnya mesin pengering tersebut. "Langkah ini sangat tepat menjawab kebutuhan masyarakat, khususnya para petani yang selama ini masih melakukan pengeringan dengan menggunakan cara-cara tradisionil," papar salah seorang petani.
Hanya saja ia mengharapkan, dalam praktiknya nanti tidak terlalu membebani masyarakat dalam hal biaya pemanfaatannya. Di samping itu, para petani juga berharap, mesin pengering itu tidak hanya disediakan di satu tempat saja. Melainkan ke tempat-tempat yang mudah dijangkau petani.
Sebagaimana diketahui, wilayah Kecamatan Cariu adalah salah satu lumbung padi di wilayah Bogor. Karenanya, penyebaran petani juga merata di semua desa. Sehingga jika ketersediaan mesin pengering itu hanya dilakukan di satu tempat, maka dikhawatirkan biaya transportasi yang harus ditanggung petani untuk proses pengeringan menjadi besar.
"Kalau mesin pengering ini kelak tersedia di semua desa, jelas sangat membantu petani. Tapi kalau hanya ditempatkan di satu tempat saja, berarti yang mendapatkan manfaat paling besar adalah petani sekitar," imbunya.
Syamsudin menambahkan, uji coba mesin pengering ini merupakan langkah awal untuk membantu petani dalam proses pengeringan padi. Menurutnya, pihak Dinas Koperasi Kabupaten Bogor akan terus berupaya semaksimal mungkin untuk ikut membantu kebutuhan-kebutuhan petani. "Langkah ini juga sekaligus sebagai upaya mendukung wilayah ini sebagai daerah lumbung padi bagi wilayah Kabupaten Bogor," tambahnya.=ren/jan

Sumber: Pakuan Raya

18 Januari 2011

Kontraktor RSUD Didenda Rp76 Juta

CILEUNGSI-Kontraktor pembangunan RSUD Cileungsi divonis denda Rp76 juta oleh PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) karena terbukti menyalahgunakan aliran listrik.

Informasi tersebut diperoleh dari Kepala Humas PLN Areal Pelayanan Jaringan (APJ) Gunungputri, Sapto Haryanto. Dalam keterangannya, sekitar pertengahan September 2010, pihaknya bersama dengan jajaran Unit Pelayanan Jaringan (UPJ) Jonggol melakukan operasi aliran listrik (opal) atau dikenal dengan operasi Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik (P2TL) di beb erapaareal, termasuk ke lokasi proyek RSUD Cileungsi.

Saat memeriksa pemakaian tegangan listrik di areal proyek, petugas P2TL ternyata menemukan kejanggalan dan penyimpangan berupa penyalahgunaan aliran listrik. Sesuai peraturan PLN Pusat, kontraktor pembangunan RSUD itu akhirnya divonis denda Rp76 juta terhitung dari September 2010.

“Saat kita sidak ke lokasi proyek, ternyata ada kabel suntikan. Sementara listrik kami putus, hingga pihak kontraktor melunasi denda,” bebernya.

Sementara itu, Kepala UPJ Jonggol,Surgina mengatakan, pihak kontraktor menyanggupi akan membayar denda dengan cicilan 12 kali. “Sampai saat ini baru dicicil sekali. Kita masih menunggu cicilan selanjutnya,” kata dia.

Dikonfirmasi, Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bogor, yang juga penanggung jawab pembangunan RSUD Cileungsi, Hesti, membenarkan hal tersebut.

Ia menjelaskan, masalah itu sudah diselesaikan berdasarkan kesepakatan damai dengan musyawarah antara pihak kontraktor dengan PLN. “Sudah dibereskan. Dan atas saran PLN UPJ Jonggol, kontraktor diberikan keringanan untuk mencicil denda,” ungkapnya.

Sementara itu, Komisi C DPRD Kabupaten Bogor yang sempat melakukan sidak ke lokasi proyek RSUD Cileungsi, mengaku kaget mendengar informasi tersebut.

Anggota Komisi C, Rasyim Kusba mengatakan, baru mengetahui berita itu setelah sidak ke lokasi proyek beberapa hari lalu. “Sidak kami beberapa hari lalu untuk memeriksa pekerjaan saja. Bukan bertanya-tanya masalah tersebut,” katanya.

Kendati ada masalah dengan listrik, tambahnya, rencana tender kedua pembangunan RSUD yang akan diperpanjang tahun ini, tetap dilanjutkan. “Kalau denda sepenuhnya ulah kontraktor. Itu kewajiban kontraktor untuk melunasi,” tekannya.( yus)

Sumber: Radar Bogor

Galian Bodong Membandel

SUKAMAKMUR-Pengusaha galian C ilegal jenis batu dan pasir kali di Desa Sukamulya, Kecamatan Sukamakmur, membandel. Mereka tetap melakukan aktivitas penggalian, meski telah dilarang beroperasi karena surat izin penambangan daerah (SIPD) dari Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Kabupaten Bogor telah habis dua bulan lalu.

Akibatnya, kondisi jalan utama Sukamakmur dari arah Jonggol dan Citeureup makin hancur. Badan jalan yang sempit dan berlubang nyaris terendam air saat hujan. "Harusnya pemkab memantau dengan serius aktivitas para penggali. Kalau sekadar sidak, datang dan menyita aki, itu tidak cukup. Seharusnya yang ditindak tegas adalah pelaku usahanya," ketus Marwan (38), salah satu warga Sukamakmur.

Dikonfirmasi, Camat Sukamakmur Zaenal Ashari membenarkan kenakalan yang dilakukan pengusaha galian C di wilayahnya itu. Ia mengaku selalu menginap di kantor kecamatan hanya untuk mengawasi aktivitas truk-truk yang melintas.

"Saya juga heran. Mereka (pengusaha galian, red) sulit untuk dilarang. Harus ada pantauan setiap 24 jam," timpalnya.( yus)

Sumber: Radar Bogor

Alternatif ke Cianjur Terancam Putus

SUKAMAKMUR-jalan alternatif Jonggol menuju Citeureup lewat Sukamakmur harus segera dibenahi. Pasalnya, tidak hanya badan jalan yang hancur, tapi juga ruas jembatan. Salah satunya Jembatan Cisurijan di Desa Sukamakmur. Bibir jalan di sekitar jembatan tersebut nyaris habis digerogoti longsor. Terkikisnya badan jalan hingga hanya tersisa tiga meter ini membuat warga waswas ketika melintas pada malam hari. Karena di sekitarnya tak terdapat lampu penerang jalan.

“Sudah setahun ini belum ada perbaikan. Kalau didiamkan terus tentu jembatan akan ambrol, Mas,” tutur Sumarlin (30), warga Desa Sukamakmur, kepada Radar Bogor, kemarin.

Jembatan yang menghubungkan Desa Sukamakmur dan Sukamulya ini, bagi warga, tak hanya sebagai akses memperlancar perekonomian. Namun juga akses utama bagi warga Jonggol dan Cariu yang ingin bepergian ke Citeureup serta Kabupaten Cianjur.

Pemkab harusnya bisa mempercepat perbaikan jembatantersebut karena merupakan kebutuhan utama warga. Kalau ambrol jelas ada beberapa wilayah yang dipastikan terisolir,” harap Sekcam Sukamakmur, Usep Daud, kemarin.

Usep mengakui, perbaikan jalan di sekitar Jembatan Cisurijan sudah dianggarkan dalam anggaran 2011. Tetapi, karena kondisinya makin parah, warga meminta pemkab mempercepat perbaikan. “Kita harapkan 2011 benarbenar bisa dimulai. Kalau tak jadi, ambrolnya jembatan tinggal menunggu waktu,” ujar Usep.(yus)

Sumber: Radar Bogor

Cariu Butuh Terminal

CARIU-Upaya Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor membuka poros tengah-timur sebagai jalur alternatif Puncak II untuk mengatasi kemacetan, butuh perencanaan lebih matang. Pasalnya, sebagian besar kecamatan di wilayah timur, seperti Cariu, Jonggol dan Tanjungsari, belum memiliki terminal. Akibatnya, arus lalulintas makin semrawut. Angkutan kota (angkot) dan bus terpaksa mangkir dan mengetem di sepanjang jalan utama.

Jalan alternatif menuju Pasar Cariu pun menjadi sasaran ngetem angkot. Alhasil, kemacetan menjadi pemandangan setiap hari bagi warga di ibukota Kecamatan Cariu.

“Kita juga sebenarnya tak mau mengganggu jalan. Tapi kan terminal di sini memang belum ada. Mau mangkal di mana kita nanti,” ujar Marno (28), sopir angkot yang mangkal di depan Pasar Cariu, kepada Radar Bogor, kemarin.

Camat Cariu, Didin Wahidin, mengakui jika wilayahnya belum memiliki terminal ataupun subterminal. Tak heran bila banyak terminal bayangan di Cariu. “Memang belum ada.

Kalau untuk pengajuan, kita sebenarnya sudah dari dahulu mengajukan,” tuturnya. Didin mengatakan, usulan pengadaan terminal di wilayahnya masih terbentur ketersediaan lahan. Tak hanya kendala proses pembebasan, tapi juga lokasi strategis untuk dijadikan terminal. “Sebenarnya untuk lokasi sudah kita wacanakan. Tetapi butuh negosiasi, proses dan
anggaran yang tidak sedikit,” jelasnya.(yus)

Sumber : Radar Bogor

TPS Ilegal Menjamur

CILEUNGSI-Wilayah di timur Kabupaten Bogor mulai kelimpungan dalam mengatasi masalah sampah. Daerah itu yakni Kecamatan Cariu, Jonggol, Tanjungsari, Cileungsi, Citeureup, Klapanunggal, Sukamakmur dan Gunungputri. Akibatnya, tempat pembuangan sampah (TPS) ilegal pun banyak bermunculan.

Cileungsi misalnya. Tak ada satu pun TPS legal yang beroperasi di wilayah tersebut. Tak heran bila beberapa lahan tidur dijadikan TPS. Bahkan ada yang menjadikan sekitar fly over sebagai lokasi pembuangan sampah.

Pantauan Radar Bogor, tercatat ada tujuh titik di sekitar fly over yang dijadikan TPS ilegal. Tujuh titik ini tersebar di sekitar jembatan.

Sampai saat ini belum ada upaya dari pihak Muspika Cileungsi ataupun Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kabupaten Bogor untuk menertibkan TPS tersebut. “Sudah bertahun-tahun tak diangkut, Mas. Makanya sampah numpuk dan mengeras,” ketus Acep (27), pedagang di sekitar fly over, kepada Radar Bogor, kemarin. Camat Cileungsi, Eman Sukirman, yang dikonfirmasi terkait permasalahan itu, mengaku jika pihaknya belum mempunyaisolusi untuk mengatasinya. Pasalnya, DKP hanya mau mengangkut sampah di TPS legal dan mempunyai retribusi yang jelas. Sedangkan, TPS yang ada di Cileungsi saat ini berstatus ilegal. Sehingga, otomatis DKP pun tak mau mengangkutnya. “Mau tak mau kita juga yang kena akhirnya. Harusnya DKP ikut bantu,” keluh Eman. Ia mengatakan, upaya swadaya pengangkutan juga sudah direncanakan dalam waktu dekat ini.

Namun, tingginya harga sewa armada pengangkut sampah serta biaya pembuangan sampah ke Bantargebang, Bekasi, membuat pihaknya kebingungan. “Untuk sewa truk satu unit saja Rp900 ribu. Belum biaya pembuangan yang juga terhitung mahal sampai Rp600 ribu,” bebernya.

Karena itu, pihaknya berusaha mendorong para kades yang ada di wilayahnya untuk mau membantu dari segi finansial. “Kita akan coba rundingkan ini secepatnya,” janji Eman. Sementara itu, Kepala UPT Kebersihan Wilayah Cibinong, Ateng S Sasmita, berjanji segera membereskan sampah di sekitar fly over Cileungsi.

“Awal Februari nanti kita agendakan untuk pembersihan besar- besaran,” tegasnya. Tak hanya di Cileungsi, pemandangan kumuh pun terjadi di Citeureup.

Hampir setiap hari, tepatnya di sepanjang Jalan Raya Mayor Oking, sampah-sampah anorganik terlihat beterbangan. Onggokan sampah di drainase jalan juga terlihat menumpuk. Beberapa gunungan sampah yang telah dikeruk dari drainase pun tak diangkut tepat waktu. Alhasil, sampah berserakan di jalan.

“Jika pemandangan ini didiamkan berlarut-larut, tak mungkin Kabupaten Bogor bisa meraih Adipura,” keluh Haryadi (35), warga Citeureup yang juga pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UniversitasIndonesia.(yus)

Sumber: Radar Bogor

Pengusaha Galian Ilegal di Jonggol Membandel

JONGGOL-Pemerintah Kecamatan Jonggol sepertinya tak berdaya dengan pengerjaan proyek galian ilegal di wilayahnya. Meski sudah memberikan teguran lisan hingga tertulis, kegiatan itu tetap berjalan. Galian ilegal yang masih beroperasi di Jonggol berada di Desa Sukanagara. “Kami sudah berikan teguran supaya menghentikan proyek sebelum izin dipenuhi. Tapi mereka (pengusaha galian, red) tidak bersedia,” ungkap Camat Jonggol, Asep Aer Sukmaji, kepada Radar Bogor, kemarin.

Mantan Camat Ciampea ini menegaskan,pihaknya sama sekali tidak ada niat melegalkan galian ilegal yang ada di wilayahnya.Sebaliknya,pemerintah kecamatan berusaha mengajak mereka untuk mematuhi peraturan yang berlaku.

“Kita giring supaya mau mengurus izin.Tetapi sangat susah karena hingga kini mereka belum memberikan kepastian mengenai kesediaan mengurus izin,”jelasnya.

Beroperasinya proyek galian C selama kurun lima tahun terakhir inilah, menurut Asep, yang menyebabkan jalan utama desa yang menghubungkan Desa Sukanagara dengan Desa Sukajaya rusak berat. Untuk memperbaiki jalur itu dalam waktu dekat pun sulit terwujud. Sebab, proyeksi anggaran perbaikan jalan di jalur itu hanya cukup untuk tiga kilometer, sesuai alokasi di APBD 2011. Sementara jalan yang rusak mencapai 11,4 km.

“Hanya tiga kilometer yang terbangun. Dua kilometer dihotmiks dan satu kilonya dibeton,” beber Muhtar,Pengawas Jalan Wilayah Jonggol,Dinas Bina Marga dan Pengairan (DBMP) Kabupaten Bogor, kemarin. Muhtar mengatakan, kepastian akan diteruskannya pembangunan di 2011 belum ada, karena terbentur minimnya alokasi anggaran di APBD 2011. “Kita belum dapat memastikan karena ketuk palu perbaikan jalan berdasarkan usulan musrenbang dari masing-masing wilayah,” jelasnya.(yus)

Sumber : Radar Bogor

Biong Tanah Kasak Kusuk, Warga Pasang Harga

Kawasan Jonggol yang dulu sering diistilahkan orang sebagai tempat jin buang anak, tidak lama lagi akan berubah drastis. Itu, seiring dengan rencana Pemkab Bogor, membangun akses jalur poros Tengah-Timur, yang menghubungkan kawasan Jonggol dan sekitarnya dengan kawasan Bumi Serpong Damai, Kota Tangerang Selatan. Kini, sejumlah investor mulai melirik kawasan tersebut. Mereka pun ramai-ramai memburu tanah. Tak ayal, dalam tempo singkat, harga(italic)

SEJAK isu pemindahan pusat pemerintahan berembus kencang. Ditambah, adanya rencana pembuatan jalur poros Tengah-Timur. Jonggol dan sekitarnya mulai menjadi daya tarik dan dilirik banyak investor tanah. Pasalnya, Jonggol akan menjadi sangat luar biasa jika rencana pembangunan jalan poros Tengah-Timur selesai dibangun.

Diresmikannya rencana pembangunan jalur poros Tengah-Timur pada puncak Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) 2010, di Sirkuit Sentul, 20 Desember lalu, membawa pengaruh besar terhadap kondisi warga dan wilayah Timur Kabupaten Bogor.

Tidak hanya Jonggol. Sukamakmur, Cariu sampai Tanjungsari pun saat ini menjadi buruan investor tanah untuk berlomba-lomba menanamkan usaha.

Informasi yang diperoleh, sejumlah perusahaan, pengusaha, maupun orang perorangan mulai mengutus kaki tangannya untuk berburu tanah, yang lokasinya berdekatan dengan rencana pembangunan jalur tersebut.

Mereka mendatangi warga pemilik tanah maupun biong (calo tanah).

Mendengar rencana pembangunan jalur Poros Tengah-Timur, warga pun menetapkan harga tanah cukup tinggi.

Hal ini diakui Aos (44), biong tanah, warga Singosari, Kecamatan Jonggol. Belakangan ini, kata dia, banyak orang yang datang mencari tahu harga tanah dan melakukan survei.

Menurut dia, saat ini harga tanah di Jonggol sudah naik. Lahan di pinggir jalan misalnya, sekitar Rp350.000 hingga Rp 400.000 per meter.

“Kalau lokasinya agak masuk, lebih murah, dan bisa dapat Rp25.000 per meter. Investor yang datang memang belum ada yang transaksi, karena mereka baru survei,” ungkapnya. Banyak investor yang datang, juga diakui Camat Jonggol, Asep Aer Sukmaji.

Hanya, kata dia, para investor itu memburu tanah langsung ke pemilik atau lewat biong, bukan melalui kantor desa atau kecamatan. “Kami sudah dengar dan mendapat laporan dari kades, investor itu berdatangan baru sekadar menanyakan harga tanah dan survei,” kata dia.

Selain itu, pemilik tanah yang tinggal di luar Jonggol, belakangan ini juga mulai sering datang meninjau tanahnya. “Padahal, selama ini tanah mereka jarang ditengok,” tutur Asep.

Atih Sukarsih (38), misalnya. Semenjak ada rencana pembangunan jalur poros Tengah-Timur, hampir setiap hari tanah miliknya di Desa Selawangi, Kecamatan Tanjungsari didatangi biong tanah. Kondisi inilah yang akhirnya membuat ia mengadu ke kantor kecamatan.

“Saya mengadu bukan untuk meminta perlindungan. Tetapi hanya bertanya, apakah benar wacana itu ada atau hanya memang isu,” ungkapnya.

Mendapat jawaban yang pasti dari Muspika Tanjungsari bahwa wacana tersebut benar adanya, Atih pun memutuskan untuk mematok harga tanahnya. “Itu rahasia Mas.

Kalau memang ada yang mau beli, kita nego sama-sama,” ungkapnya antusias.(yus)

Sumber : Radar Bogor

Jalan Desa Hancur, Lahan Pertanian Telantar

SUKAMAKMUR-Kondisi jalan utama Desa Sukanegara-Sukajaya, hingga kini kian memprihatinkan. Hampir seluruh badan jalan terendam kubangan air. Kondisi diperparah dengan sempitnya badan jalan dan tebing curam di sekeliling jalan.

Alhasil, pengguna jalan pun mau tak mau harus menggunakan jalan yang hampir sepenuhnya terendam air hujan itu. Matinya drainase di sepanjang jalan, merupakan sebab utama air hujan bertahan di badan jalan. Beberapa pengguna jalan mengaku riskan saat melewati jalur sepanjang tujuh kilometer ini. “Harusnya tak seperti ini. Ini kan akses jalan utama desa. Kenapa tidak diperbaiki,” ketus Asep Maryadi (43) salah satu pengguna jalan dari Jonggol.

Keberadaan galian C menjadi sebab utama hancurnya jalan selebar lima meter tersebut. Bahkan, di saat jam-jam sibuk kemacetan tidak terhindarkan.

Beberapa pengguna jalan pun terkadang saling berebut untuk menghindari kubangan air, meskipun rela melewati impitan jalur yang tipis dengan jurang. “Harusnya pemkab lebih memperhatikan kondisi wilayah seperti ini. Jangan hanya duduk di ruang ber-AC,” kata Maryanti (38), salah satu pengguna jalan. Hal senada dilontarkan Kades Sukanegara RE Ainudin. Terus memburuknya jalan utama desa, membuatnya geram dan kesal.

Sampai pada akhirnya, ia berencana melimpahkan kucuran dana PNPM 2011-2014 untuk perbaikan jalan utama desa. “Kita sudah sepakat bersama dengan seluruh ornamen dan kelembagaan desa, untuk melimpahkan dana PNPM 2011-2014 ke perbaikan jalan utama desa,” tuturnya. Ia mengatakan, beberapa kali usulan perbaikan yang diajukannya dalam setiap musrenbang, hingga kini tidak ada kabarnya.

Parahnya lagi, lanjutnya, usulan pengadaan irigasi yang dirindukan oleh ratusan petani di wilayahnya, sama sekali tidak terjamah. Alhasil, selama tiga tahun terakhir produksi petani di wilayahnya anjlok dan banyak petani yang menelantarkan lahan pertaniannya. “Kalau ditelusuri, sebenarnya Bogor kan wilayah pertanian. Kenapa sampai saat ini para petani masih diabaikan,” timpalnya.(yus)

Sumber : Radar Bogor

Dua Jambret Dikromas

JONGGOL-Aksi main hakim sendiri kembali terjadi. Kemarin, dua penjambret, yakni YD (20) dan IG (19), babak belur dikeroyok belasan orang di Tugu Tegar Beriman Jonggol. Keduanya dikeroyok usai menjambret HP milik Noni (30), warga Kampung Kaum RT 03/ 11, Desa Singajaya, Kecamatan Jonggol.

Menurut keterangan Kapolsek Jonggol Kompol Purnomo, kedua pelaku dihajar oleh warga sekitar yang menangkap basah pelaku. “Dia memang sempat dikeroyok massa. Untung saja tim ranger kami cepat datang. Makanya tidak terlalu babak belur,” ujar Purnomo kepada Radar Bogor.

Aksi penjambretan sendiri terjadi sekitar pukul 15:00. Saat itu, Noni hendak pulang ke rumahnya di Kampung Kaum dengan dibonceng sepeda motor oleh rekannya.

Ketika melintas di Tugu Tegar Beriman Jonggol, Kampung Menan, Desa Sukamanah, motor yang ditumpangi Noni didekati pelaku.

Saat itu juga, pelaku langsung merampas HP dari tangan Noni, yang saat itu sedang untuk mengirim pesan singkat (SMS). Melihat HP-nya dijambret, Noni berteriak sekeras-kerasnya sehingga memancing warga sekitar. Tanpa komando, puluhan warga mengejar pelaku. Mungkin panik, motor honda Supra Fit yang dikendarai pelaku terjatuh.

Warga yang sudah emosi langsung mengepung keduanya dan menyeroyoknya hingga babak belur. Beruntung, petugas Mapolsek Jonggol cepat datang ke lokasi dan mengamankan keduanya.

Polisi menduga, keduanya sudah sering menjambret di wilayah Jonggol. Namun, hingga kemarin, YD dan IG belum mau mengaku. “Nanti, pelaku bakal dijerat Pasal 365 jo 362 KUHP dengan ancaman hukuman di atas lima tahun penjara,” kata Purnomo.(ote)

Sumber : Radar Bogor

Pencurian Listrik masih Marak

JONGGOL-Tingkat pencurian listrik di daerah Jonggol masih tergolong tinggi. Dari data Unit Pelayanan Jaringan (UPJ) PLN Jonggol, hingga 2010 tingkat pencurian masih tercatat di angka 13 persen.

Pencurian tersebut masih didominasi oleh losing atau pemakaian daya listrik yang tidak sesuai dengan data masuk PLN, dengan persentase mencapai tujuh hingga delapan persen. Sedangkan sisanya pencurian yakni dengan motif manual berupa suntik kabel.

Namun, Manajer PLN UPJ Jonggol Suwargina mengklaim jika tingkat pencurian listrik berhasil ditekan. Sebab, kata dia, sebelumnya tingkat pencurian mencapai 29 persen. Tetapi, dengan adanya program Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik (P2TL), tingkat pencurian mampu ditekan hingga 13 persen.

“Kita memang tidak bisa memungkiri, angka 13 persen ini merupakan pekerjaan rumah bagi kita tahun ini. Untuk itu, kita sudah agendakan rutin untuk melakukan sosialisasi dan operasilistrik,” ujarnya kepada Radar Bogor, kemarin.

Dalam giat operasi rutin meteran pelanggan yang dilakukan setiap minggu itu, ia menekankan kepada pelanggan untuk bermigrasi ke sistem meteran prabayar. Hal tersebut, kata dia, dilakukan tidak hanya untuk kebaikan PLN saja. Tetapi, untuk keuntungan pelanggannya. Di antaranya kemudahan akses pembayaran listrik.

“Dari 55.000 pelanggan listrik yang bernaung di UPJ Jonggol, baru 6.120 pelanggan yang telahmemakai meteran prabayar. Tahun ini kita targetkan sampai naik dua kali lipat,” ungkapnya optimis.

Tidak hanya itu, Nana -sapaannya- mengklaim jika UPJ yang dipimpinnya menduduki peringkat pertama untuk penekanan angka gangguan hingga nol persen. “Prestasi ini harus kita pertahankan, mengingat beberapa wilayah di Jonggol dan sekitarnya terbilang rawan bencana alam,” katanya.(yus)

Sumber : Radar Bogor

DKP Enggan Angkut Sampah

CILEUNGSI-Tumpukan sampah di sepanjang fly over Cileungsi makin menjadi. Tak hanya itu, sampah-sampah yang sudah membusuk tersebut pun menimbulkan polemik baru.

Namun, Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kabupaten Bogor enggan mengangkut sampah yang sudah meresahkan tersebut.

Melalui Kepala UPT Kebersihan Wilayah Cileungsi Aep Rahmat, pihaknya hanya akan mengangkut sampah beretribusi atau berduit. “Itu sampah liar. DKP hanya ditugaskan mengangkut sampah yang mempunyai retribusi. Karena kita punya tanggungan menyetor retribusi tiap tahun,” ujarnya tanpa mau menyebutkan jumlah setoran tersebut.

Sementara itu, sejumlah warga dan pengguna jalan mulai merasakan dampak dari tumpukan sampah tersebut. Selain menimbulkan bau busuk, warga khawatir akan datangnya wabah penyakit. “Kalau ini (sampah) dibiarkan terus, kematian akan bermunculan Mas. Kita takut demam berdarah,” keluh Paidi (26), pedagang yang biasa memangkal di fly over.

Padahal, sebelumnya Camat Cileungsi Eman Sukirman berjanji akan membenahi sampah yang sudah menggunung tersebut. “Kita akan koordinasikan dengan jajaran pemdes untuk segera mengangkut,” kata Eman saat dikonfirmasibelum lama ini.(yus)

Sumber : Radar Bogor

Infrastruktur Cileungsi Hancur

Cileungsi – Hujan yang mengguyur kawasan Cileungsi, Selasa (11/1), mengakibatkan sejumlah titik jalan yang mengarah ke arah Jonggol tergenang air. Kondisi jalan yang rusak dan berlobang membuat genangan air hujan di sepanjang jalan tersebut bermunculan. Apalagi, drainase di pinggir jalan tidak berfungsi dengan baik, sehingga genangan air tidak kunjung surut.
Rahmat (28) warga Cileungsi mengatakan, selain kemacetan salah satu permasalahan krusial di Kecamatan Cileungsi adalah infrastruktur yang kurang baik. Seperti kondisi jalan yang rusak dan berlubang. Hal itu, kata dia, merupakan permasalahan lama yang tidak kunjung diselesaikan oleh pemerintah daerah.
“Cileungsi selain macet, jalannya banyak yang rusak dan berlubang. Apabila hujan, genangan air ada di mana-mana sepanjang Jalan Raya Cileungsi,” ungkap Rahmat kepada Jurnal Bogor, Senin (11/1).

Kondisi itu, lanjut Rahmat, sangat mengganggu warga yang ingin melakukan aktivitasnya. Selain mengakibatkan kemacetan, kondisi jalan yang berlubang juga sangat membahayakan pengguna jalan. “Kalau hujan pasti macet, karena pengguna kendaraan jalannya pelan-pelan, takut masuk lubang yang tergenang air,” ungkapnya.
Menurut Rahmat, warga sudah banyak yang mengeluhkan rusaknya infrastruktur jalan tersebut kepada pemerintah setempat. Namun, hingga kini, belum ada upaya nyata dari pemerintah untuk meningkatkan dan memperbaiki infrastruktur jalan. “Daerah sini kan banyak truk besar dengan muatan berat yang terkadang melebihi kapasitas. Wajar kalau jalan banyak yang rusak. Seharusnya pemerintah juga memberikan perhatian lebih untuk perbaikan dan peningkatan kualitas jalan,” tandasnya.
Akibat kemacetan karena rusaknya jalan di Cileungsi, Rahmat mengaku harus menyediakan dana tambahan untuk perbaikan motor. Pasalnya, kondisi jalan yang rusak membuat sepeda motor yang dikendarainya setiap hari menjadi sering rusak. “Kalau ada genangan air paling harus siap-siap ganti busi. Tapi kalau jalan rusak biasanya ganti velg sama shockbreaker,” ungkapnya.
Rahmat berharap, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor segera memperbaiki jalan rusak yang ada di Kecamatan Cileungsi. Karena, jalan tersebut merupakan jalan penghubung antar daerah sekaligus jalan utama masyarakat yang ingin beraktivitas. “Warga Cileungsi yang mau ke Jakarta, Bekasi atau Depok pasti lewat sini. Jadi termasuk jalur penting juga buat warga beraktivitas,” ujar Rahmat.

=Taofik Hidayat
taofikhidayat@jurnas.com

Sumber: Jurnal Bogor

Lebarkan Jalan Cileungsi-Jonggol

Cileungsi - Akses jalan Cileungsi menuju Jonggol tepatnya di ujung Fly over Cileungsi harus segera dilebarkan. Pasalnya, titik jalan yang menjadi pertemuan kendaraan dari arah Cibubur dan Limusnunggal tersebut merupakan salahsatu sumber kemacetan yang terjadi di kawasan Cileungsi.
Ridwan (28) warga Cileungsi mengatakan, setiap hari selalu terjadi kemacetan di ruas jalan Cileungsi yang mengarah ke Jonggol. Kemacetan terjadi akibat bertemunya kendaraan dari atas fly over dari arah Cibubur dan kendaraan dari bawah Fly over dari arah Limusnunggal.
“Bertemunya kendaraan dari dua arah itu mengakibatkan kemacetan cukup panjang. Apalagi kalau akhir pekan, kemacetan sampai ke atas fly over,” ungkap Ridwan kepada Jurnal Bogor, Minggu (16/1).
Menurut Ridwan, selain titik bertemunya kendaraan dari dua arah, kemacetan juga disebabkan menyempitnya ruas jalan. Setelah fly over, kata dia, ruas jalan menuju Jonggol hanya cukup dilewati satu kendaraan dalam satu jalur. “Kalau dari fly over satu jalur bisa dua kendaraan, setelah sampai di bawah jalurnya cuma untuk satu kendaraan jadi kendaraan rebutan jalur. Ditambah yang dari arah Limusnunggal yang ingin ke arah Jonggol. Jadi kendaraan rebutan masuk jalur. Wajarlah kalau macet,” tandasnya.
Ridwan mengatakan, kemacetan juga diperparah dengan adanya kendaraan yang ingin berbalik arah. Kondisi itu, menurut dia, membuat situasi lalulintas semakin tidak teratur. “Kendaraan yang muter arah itu juga bikin macet. Apalagi kalau yang balik arah kontainer atau truk bermuatan berat,” ungkap Ridwan sambil menunjukan lokasi arah berputarnya kendaraan.
Padahal, ungkap Ridwan, di lokasi tersebut sudah dipasang rambu dilarang berbalik arah. Namun, keberadaan rambu tersebut tidak dihiraukan oleh pengguna jalan. “Rambunya ada tetapi ya gitu ga diperhatikan. Apalagi di putaran ada tukang parkir yang nyari duit dari parkiran,” tukasnya.
Dia menambahkan, selama ini ia tidak pernah melihat petugas dari Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (DLLAJ) turun ke lokasi untuk menertibkan dan mengatur kendaraan. Padahal, kata dia, kehadiran petugas tentunya dapat mengurangi tingkat kemacetan. Paling tidak, kendaraan yang berbalik arah tidak akan berani memutar kendaraan di jalur tersebut. “ Selama ini saya sih ga pernah liat ada petugas yang mengatur arus lalulintas di sini. Kalau di Pasar Cileungsi memang ada, tapi kalau disini saya ga pernah lihat,” pungkasnya.

=Taofik Hidayat

Sumber : Jurnal Bogor

PLN Jonggol Perangi Pencurian Listrik

Jonggol - Unit Pelayanan Jaringan (UPJ) PLN Jonggol pada 2010 berhasil menekan angka pencurian listrik menjadi 13 persen. Angka tersebut merupakan peningkatan bila dibandingkan 2009 dimana tingkat pencurian listrik mencapi 29 persen. Penakanan tersebut dilakukan di wilayah kerja UPJ PLN Jonggol yang meliputi Kecamatan Jonggol, Sukamakmur, Cariu, Tanjungsari dan sebagian wilayah Kecamatan Klapanunggal serta Kecamatan Cileungsi 13 persen.
“Karena buka termasuk kawasan industri, kebocoran tersebut terjadi pada konsumen listrik perumahan, maka untuk menekan angka pencurian arus listrik, kami gencar melakukan sosialisasi kepada warga, bahkan mengambil tindakan tegas dengan melakukan operasi pemutusan aliran listrik,” ujar Manager PLN UPJ Jonggol, Suwargina kepada wartawan, kemarin.
Menurut Suwargina, pada 2011 ini, pihaknya menargetkan akan menekan angka pencurian tersebut hingga di bawah satu digit. Untuk merealisasikan target tersebut, pihaknya tidak akan mengambil resiko dengan memberikan kelonggaran kepada pelanggan yang kedapatan melakukan pencurian listrik. “Kami akan menindak dan memberikan denda denda sesuai dengan ketentuan bagi siapa pun yang kedapatan melakukan pencurian listrik,” ujarnya.
Sedangkan dari sisi pelayanan, lanjut Suwargina, pihaknya berkomitmen untuk melakukan perbaikan dan pengawasan terhadap sistem pelayanan jaringan. Hal itu, kata dia, sebagai upaya agar konsumen PLN tidak kecewa terhdap kinerja dan pelayanan PLN. Sejauh ini, lanjutnya, UPJ PLN Jonggol telah mendapat penghargaan untuk katagori terbaik pada gangguan jaringan menengah hingga mencapai nol persen. Penghargaan tersebut sudah diraih UPJ Jonggol selama tiga bulan terakhir ini.
“Penghargaan itu merupakan prestasi yang harus dijaga. Itu juga merupakan amanah yang harus dijaga melalui peningkatan kinerja dan pelayanan terhadap konsumen,”pungkasnya.

=Taofik Hidayat

Sumber : Jurnal Bogor

RSUD Cileungsi Nyolong Listrik PLN Didenda PLN Rp 76 Juta, Baru Dibayar Rp 6,3 Juta

Cileungsi - PT Himindo Citra Mandiri, kontraktor Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cileungsi terbukti telah melakukan pencurian listrik dari jaringan UPJ PLN Jonggol. Hal itu diketahui oleh PLN Area Pelayanan Jaringan Gunung Putri dalam razia pencurian listrik yang sering dilakukan PLN di wilayah Bogor Timur ini.
“Dari hasil Operasi Pemutusan Aliran Listrik (OPAL) di APJ Gunung Putri, RSUD Cileungsi terbukti telah melakukan pencurian listrik dari PLN. Karena tindakan itu, kami telah memberikan denda sebesar Rp 76 juta,” ungkap Humas PLN APJ Gunung Putri, Sapto Haryanto kepada Jurnal Bogor, Senin (17/1).
Menurut Sapto, pihak RSUD Cileungsi memang telah mengajukan pemasangan baru untuk instalasi listrik di rumah sakit. Namun, permohonan tersebut masih diproses oleh PLN APJ Gunung Putri terkait ditemukannya tindak pencurian tersebut. “Untuk pengajuan pasokan listrik dari RSUD, terpaksa kami proses ulang. Kami menginginkan agar RSUD atau kontraktor menyelesaikan denda yang kami kenakan terlebih dahulu,” ujarnya.
Sapto menambahkan, berdasarkan kesepakatan dengan Penanggungjawab pembangunan RSUD dan kontraktor, pembayaran denda tersebut dapat dicicil dalam kurun waktu 12 bulan. “Jadi denda Rp76 juta tersebut kami bagi dalam 12 bulan, dan baru dibayarkan satu bulan,” tandasnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, Hesti Iswandari yang juga penanggungjawab pembangunan RSUD Cileungsi mengatakan, instalasi pemasangan listrik RSUD memang masuk dalam tahap pertama rencana pembangunan RSUD Cileungsi.
“Tahapan pertama pembangunan RSUD Cileungsi adalah pembangunan lantai satu serta penyediaan alat kesehatan, termasuk pasokan instalasi listrik dari PLN,” ungkapnya.
Hesti juga membenarkan adanya kasus pencurian yang melibatkan kontraktor dengan PLN APJ Cileungsi tersebut. Menurutnya, saat ini kasus tersebut sudah diselesaikan melalui jalan musyawarah. “Denda tersebut sudah dibayarkan. Atas masukan dari Manajer PLN UPJ Jonggol kami diberi keringanan untuk mencicil denda tersebut. Dan saat ini sudah selesai permasalahannya,” ujar Hesti.

= Taofik Hidayat
taofikhidayat@jurnas.com

Sumber : Jurnal Bogor

13 Januari 2011

Bedil Lodong, Terbuat dari Pinang

MERIAM TRADISIONAL: Warga tengah membersihkan lubang bedil lodong di Kampung Jagaita, Desa Jonggol, kemarin. Bedil lodong adalah permainan legendaris yang masih membudaya di daerah Jonggol. Tradisi yang sudah hampir punah ini, ternyata cukup diminati warga, baik anak-anak maupun dewasa. Seperti apa?

Laporan: Rico Afrido Simanjuntak

BERAGAM cara dilakukan untuk menunggu saat berbuka puasa atau sahur.

Di daerah Jonggol, tepatnya di RT 02/06, Kampung Jagaita, Desa Jonggol dan RT 03/07 Kampung Ciledug, Desa Bendungan, warga memiliki tradisi menunggu berbuka, dengan perang bedil atau biasa disebut bedil lodong. Permainan ini ternyata tak hanya diminati anak-anak, juga orang dewasa.

Bedil lodong adalah meriam tradisional yang biasanya terbuat dari bambu dengan panjang kira-kira satu atau 1,5 meter. Bagian dalamnya dibobok hingga berlubang. Yang tersisa cuma penghalang di salah satu ujung. Pada bagian atasnya, dibuat lubang kecil yang berfungsi untuk menyulut bedil dengan api.

Untuk memainkannya tidak susah.Bagian moncong bedil ditaruh agak ke atas. Masukkan sedikit air ke dalam bambu, diikuti sepotong karbit. Lubang sulut ditutup. Beberapa saat kemudian, setelah karbit hancur lubang sulut dibuka dan api didekatkan. Maka, akan terdengar bunyi “Duaaarrr!”

Biasanya, sore hari di bulan puasa, budaya tradisional ini dimainkan. Makin mengasyikkan memang jika suara bedil lodong saling bersahutan. Meski menimbulkan suara menggelegar, sangat jarang terjadi kecelakaan. Berbeda dengan mercon atau petasan yang dulu hingga saat ini, sering menimbulkan banyak korban jiwa dan harta benda. Bedil lodong tergolong mainan yang aman.

Berbeda dengan biasanya, bedil lodong yang ada di daerah Jonggol ukurannya cukup besar. Terbuat dari pohon pinang (jambe) yang bagian dalamnya sudah dibobok. Panjangnya mencapai 3 meter dengan diameter 30 cm. Bisa dibilang bedil lodong yang satu ini cukup legendaris pada masanya. “Biasanya kalau bulan puasa di sini (Jonggol, red), dibunyikan untuk membangunkan orang sahur, dan menunggu waktu berbuka puasa atau ngabuburit,” ujar Deden Murdeni (35) Ketua RW 06, Kampung Jagaita, Desa Jonggol, Kecamatan Jonggol.(*)
Sumber : Radar Bogor

Deja Vu dan Asal-Usulnya

Hampir semua dari kita pernah mengalami apa yang dinamakan deja vu: sebuah perasaan aneh yang mengatakan bahwa peristiwa baru yang sedang kita rasakan sebenarnya pernah kita alami jauh sebelumnya. Peristiwa ini bisa berupa sebuah tempat baru yang sedang dikunjungi, percakapan yang sedang dilakukan, atau sebuah acara TV yang sedang ditonton. Lebih anehnya lagi, kita juga seringkali tidak mampu untuk dapat benar-benar mengingat kapan dan bagaimana pengalaman sebelumnya itu terjadi secara rinci. Yang kita tahu hanyalah adanya sensasi misterius yang membuat kita tidak merasa asing dengan peristiwa baru itu.

Keanehan fenomena deja vu ini kemudian melahirkan beberapa teori metafisis yang mencoba menjelaskan sebab musababnya. Salah satunya adalah teori yang mengatakan bahwa deja vu sebenarnya berasal dari kejadian serupa yang pernah dialami oleh jiwa kita dalam salah satu kehidupan reinkarnasi sebelumnya di masa lampau. Bagaimana penjelasan ilmu psikologi sendiri?

Terkait dengan Umur dan Penyakit Degeneratif

Pada awalnya, beberapa ilmuwan beranggapan bahwa deja vu terjadi ketika sensasi optik yang diterima oleh sebelah mata sampai ke otak (dan dipersepsikan) lebih dulu daripada sensasi yang sama yang diterima oleh sebelah mata yang lain, sehingga menimbulkan perasaan familiar pada sesuatu yang sebenarnya baru pertama kali dilihat. Teori yang dikenal dengan nama “optical pathway delay” ini dipatahkan ketika pada bulan Desember tahun lalu ditemukan bahwa orang butapun bisa mengalami deja vu melalui indra penciuman, pendengaran, dan perabaannya.

Selain itu, sebelumnya Chris Moulin dari University of Leeds, Inggris, telah menemukan pula penderita deja vu kronis: orang-orang yang sering dapat menjelaskan secara rinci peristiwa-peristiwa yang tidak pernah terjadi. Mereka merasa tidak perlu menonton TV karena merasa telah menonton acara TV tersebut sebelumnya (padahal belum), dan mereka bahkan merasa tidak perlu pergi ke dokter untuk mengobati ‘penyakit’nya karena mereka merasa sudah pergi ke dokter dan dapat menceritakan hal-hal rinci selama kunjungannya! Alih-alih kesalahan persepsi atau delusi, para peneliti mulai melihat sebab musabab deja vu ke dalam otak dan ingatan kita.

Baru-baru ini, sebuah eksperimen pada tikus mungkin dapat memberi pencerahan baru mengenai asal-usul deja vu yang sebenarnya. Susumu Tonegawa, seorang neuroscientist MIT, membiakkan sejumlah tikus yang tidak memiliki dentate gyrus, sebuah bagian kecil dari hippocampus, yang berfungsi normal. Bagian ini sebelumnya diketahui terkait dengan ingatan episodik, yaitu ingatan mengenai pengalaman pribadi kita. Ketika menjumpai sebuah situasi, dentate gyrus akan mencatat tanda-tanda visual, audio, bau, waktu, dan tanda-tanda lainnya dari panca indra untuk dicocokkan dengan ingatan episodik kita. Jika tidak ada yang cocok, situasi ini akan ‘didaftarkan’ sebagai pengalaman baru dan dicatat untuk pembandingan di masa depan.

Menurut Tonegawa, tikus normal mempunyai kemampuan yang sama seperti manusia dalam mencocokkan persamaan dan perbedaan antara beberapa situasi. Namun, seperti yang telah diduga, tikus-tikus yang dentate gyrus-nya tidak berfungsi normal kemudian mengalami kesulitan dalam membedakan dua situasi yang serupa tapi tak sama. Hal ini, tambahnya, dapat menjelaskan mengapa pengalaman akan deja vu meningkat seiring bertambahnya usia atau munculnya penyakit-penyakit degeneratif seperti Alzheimer: kehilangan atau rusaknya sel-sel pada dentate gyrus akibat kedua hal tersebut membuat kita sulit menentukan apakah sesuatu ‘baru’ atau ‘lama’.

Menciptakan ‘Deja Vu’ dalam Laboratorium

Salah satu hal yang menyulitkan para peneliti dalam mengungkap misteri deja vu adalah kemunculan alamiahnya yang spontan dan tidak dapat diperkirakan. Seorang peneliti tidak dapat begitu saja meminta partisipan untuk datang dan ‘menyuruh’ mereka mengalami deja vu dalam kondisi lab yang steril. Deja vu pada umumnya terjadi dalam kehidupan sehari-hari, di mana tidak mungkin bagi peneliti untuk terus-menerus menghubungkan partisipan dengan alat pemindai otak yang besar dan berat. Selain itu, jarangnya deja vu terjadi membuat mengikuti partisipan kemana-mana setiap saat bukanlah hal yang efisien dan efektif untuk dilakukan. Namun beberapa peneliti telah berhasil mensimulasikan keadaan yang mirip deja vu.

Seperti yang dilaporkan LiveScience, Kenneth Peller dari Northwestern University menemukan cara yang sederhana untuk membuat seseorang memiliki ‘ingatan palsu’. Para partisipan diperlihatkan sebuah gambar, namun mereka diminta untuk membayangkan sebuah gambar yang lain sama sekali dalam benak mereka. Setelah dilakukan beberapa kali, para partisipan ini kemudian diminta untuk memilih apakah suatu gambar tertentu benar-benar mereka lihat atau hanya dibayangkan. Ternyata gambar-gambar yang hanya dibayangkan partisipan seringkali diklaim benar-benar mereka lihat. Karena itu, deja vu mungkin terjadi ketika secara kebetulan sebuah peristiwa yang dialami seseorang serupa atau mirip dengan gambaran yang pernah dibayangkan.

LiveScience juga melaporkan percobaan Akira O’Connor dan Chris Moulin dari University of Leeds dalam menciptakan sensasi deja vu melalui hipnosis. Para partisipan pertama-tama diminta untuk mengingat sederetan daftar kata-kata. Kemudian mereka dihipnotis agar mereka ‘melupakan’ kata-kata tersebut. Ketika para partisipan ini ditunjukkan daftar kata-kata yang sama, setengah dari mereka melaporkan adanya sensasi yang serupa seperti dejavu, sementara separuhnya lagi sangat yakin bahwa yang mereka alami adalah benar-benar deja vu. Menurut mereka hal ini terjadi karena area otak yang terkait dengan familiaritas diganggu kerjanya oleh hipnosis.

Sumber : http://popsy.wordpress.com/2007/08/01/mengapa-kita-mengalami-deja-vu/

Fenomena Deja Vu yang misterius

Pernahkan anda mengunjungi sebuah rumah untuk pertama kalinya dan tiba-tiba anda merasa familiar dengan rumah tersebut ? Atau pernahkah anda berada dalam suatu peristiwa ketika tiba-tiba anda merasa bahwa anda sudah mengalaminya walaupun anda tidak dapat mengingat kapan terjadinya ? itulah deja vu, salah satu fenomena misterius dalam kehidupan manusia.

Definisi Deja Vu
Deja vu berasal dari kata Perancis yang berarti "telah melihat". Kata ini mempunyai beberapa turunan dan variasi seperti deja vecu (telah mengalami), deja senti (telah memikirkan) dan deja visite (telah mengunjungi). Nama Deja Vu ini pertama kali digunakan oleh seorang ilmuwan Perancis bernama Emile Boirac yang mempelajari fenomena ini tahun pada 1876.

Selain deja vu, ada lagi kata Perancis yang merupakan lawan dari deja vu, yaitu Jamais Vu, yang artinya "tidak pernah melihat". Fenomena ini muncul ketika seseorang untuk sementara waktu tidak dapat mengingat atau mengenali peristiwa atau orang yang sudah pernah dikenal sebelumnya. Saya rasa sebagian dari kalian juga sering mengalaminya.

Sebelum kita melihat mengenai deja vu, pertama, kita perlu mengetahui apa yang disebut dengan "Recognition Memory", atau memori pengenal.

Recognition Memory
Recognition Memory adalah sebuah jenis memori yang menyebabkan kita menyadari bahwa apa yang kita alami sekarang sebenarnya sudah pernah kita alami sebelumnya.

Otak kita berfluktuasi antara dua jenis Recognition Memory, yaitu Recollection dan Familiarity. Kita menyebut sebuah ingatan sebagai Recollection (pengumpulan kembali) jika kita bisa menyebutkan dengan tepat seketika itu juga kapan situasi yang kita alami pernah muncul sebelumnya. Contoh, jika kita bertemu dengan seseorang di toko, maka dengan segera kita menyadari bahwa kita sudah pernah melihatnya sebelumnya di bus.

Sedangkan ingatan yang disebut Familiarity muncul ketika kita tidak bisa menyebut dengan pasti kapan kita melihat pria tersebut. Deja Vu adalah contoh Familiarity.

Selama terjadi Deja Vu, kita mengenali situasi yang sedang kita hadapi, namun kita tidak tahu dimana dan kapan kita pernah menghadapinya sebelumnya.

Percaya atau tidak, 60 sampai 70 persen manusia di bumi ini paling tidak pernah mengalami deja vu minimal sekali, apakah itu berupa pandangan, suara, rasa atau bau. Jadi, jika anda sering mengalami deja vu, jelas anda tidak sendirian di dunia ini.

Teori-Teori Deja Vu
Walaupun Emile Boirac sudah meneliti fenomena ini sejak tahun 1876, namun ia tidak pernah secara tuntas menyelesaikan penelitiannya. Karena itu, banyak peneliti telah mencoba untuk memahami fenomena ini sehingga akhirnya kita mendapatkan Paling tidak 40 teori yang berbeda mengenai deja vu, mulai dari peristiwa paranormal hingga gangguan syaraf.

Pada tulisan ini, tidak mungkin saya membahas 40 teori tersebut satu persatu. Jadi saya akan memilih beberapa teori yang saya anggap perlu diketahui. Pertama, saya akan mulai dari teori psikolog legendaris, Sigmund Freud. Tapi sebelum itu, saya ingin menunjukkan kepada kalian sebuah gambar yang sangat terkenal. Ini dia :


Foto di atas adalah foto ilustrasi "Puncak gunung es" yang terkenal. Para ahli "otak" sering menggunakan ilustrasi di atas untuk menunjukkan seperti apa pikiran kita yang sebenarnya. Permukaan air adalah batas kesadaran kita. Pikiran Sadar kita adalah bongkahan yang muncul di atas permukaan laut. Sedangkan pikiran bawah sadar adalah bongkahan raksasa yang ada di dalam laut.

Menurut mereka, sesungguhnya sebagian besar informasi yang kita terima tersimpan di pikiran bawah sadar kita dan belum muncul ke permukaan. Hanya sebagian kecil dari informasi yang kita terima benar-benar kita ingat atau sadari. Prinsip ini adalah kunci penting untuk memahami Deja Vu.

Gangguan akses memori
Sigmund Freud yang sering dijuluki sebagai bapak psikoanalisa pernah meneliti mengenai fenomena ini dan ia percaya bahwa seseorang akan mengalami Deja Vu ketika ia secara spontan teringat dengan sebuah ingatan bawah sadar. Karena ingatan itu berada pada area bawah sadar, isi ingatan tersebut tidak muncul karena dihalangi oleh pikiran sadar, namun perasaan familiar tersebut bocor keluar.

Teori Freud ini terbukti menjadi landasan bagi teori-teori yang muncul berikutnya.

Namun sebelum saya membahas teori-teori yang lain, saya ingin mengajak kalian untuk mengenal satu kata ini terlebih dahulu, yaitu "Subliminal". Subliminal berasal dari kata latin, yaitu "sub" dan "Limin atau Limen". "Sub" berarti bawah, sedangkan "Limin" berarti ambang batas. Dalam artian psikologi, subliminal berarti beroperasi dibawah sadar.

Lagi-lagi berhubungan dengan bawah sadar. Maksud saya memperkenalkan kata ini adalah untuk memahami teori di bawah ini.

Perhatian yang terpecah - teori ponsel
Seorang peneliti bernama Dr. Alan Brown pernah mengadakan eksperimen yang diharapkan bisa menciptakan ulang proses deja vu. Dalam percobaannya, ia dan rekannya Elizabeth Marsh memberikan sugesti subliminal kepada subjek penelitiannya.

Mereka menunjukkan sekumpulan foto yang menunjukkan lokasi-lokasi yang berbeda kepada sekelompok pelajar dengan maksud bertanya kepada mereka mana yang dianggap paling familiar bagi mereka. Dalam percobaan ini, semua pelajar yang diuji belum pernah mengunjungi lokasi-lokasi yang ada di foto tersebut.

Namun sebelum mereka menunjukkan foto-foto itu, terlebih dahulu mereka menayangkan sebagian foto itu di layar dengan kecepatan subliminal sekitar 10 sampai 20 milidetik. Kecepatan itu cukup bagi otak manusia untuk menyimpan informasi itu di bawah sadar, namun tidak cukup bagi para pelajar itu untuk menyadari dan menaruh perhatian padanya.

Dalam percobaan ini terbukti bahwa lokasi-lokasi pada foto-foto yang sudah ditayangkan dengan kecepatan subliminal dianggap paling familiar bagi para pelajar itu.

Eksperimen serupa pernah diadakan oleh Larry Jacobi dan Kevin Whitehouse dari Washington University. Bedanya, mereka menggunakan sekumpulan kata-kata, bukan foto. Namun hasil yang didapat sama dengan eksperimen Dr. Alan Brown.

Berdasarkan pada hasil eksperimennya, Dr. Alan Brown kemudian mengajukan sebuah teori yang disebut sebagai teori ponsel (atau perhatian yang terpecah).

Teori ini mengatakan bahwa ketika perhatian kita terpecah, maka, secara subliminal, otak kita akan menyimpan informasi mengenai kondisi di sekeliling kita namun tidak benar-benar menyadarinya. Ketika perhatian kita mulai fokus kembali, maka segala informasi mengenai sekeliling kita yang tersimpan secara subliminal akan "terpanggil" keluar sehingga kita merasa lebih familiar. Ini sama seperti bongkahan es di bawah permukaan air yang naik ke atas permukaan.

Contoh, jika kita memasuki sebuah rumah sambil ngobrol dengan orang lain, maka perhatian kita tidak akan terpaku kepada kondisi rumah itu, namun otak kita telah menyimpan informasi itu secara subliminal di bawah sadar. Ketika kita selesai ngobrol, pikiran kita mulai fokus dan informasi yang tersimpan di bawah sadar mulai muncul. Seketika itu juga kita mulai merasa familiar dengan rumah itu.

Jadi, berdasarkan teori ini, deja vu tidak berhubungan dengan kejadian di masa lalu yang telah berlangsung lama.

Memori dari sumber lain
Ada lagi teori yang lain. Teori ini percaya bahwa otak kita menyimpan banyak memori yang datang dari berbagai aspek kehidupan kita, seperti film yang kita tonton, gambar ataupun buku yang kita baca. Informasi-informasi ini kita simpan tanpa kita sadari. Sejalan dengan lewatnya waktu, maka ketika kita mengalami peristiwa yang mirip dengan informasi yang pernah kita simpan, maka memori yang tersimpan di bawah sadar kita akan bangkit kembali.

Contoh, sewaktu kecil, mungkin kita pernah menonton sebuah film yang memiliki adegan di sebuah tugu atau monumen. Ketika dewasa, kita mengunjungi tugu ini dan tiba-tiba kita merasa familiar walaupun kita tidak ingat dengan film tersebut.

Teori ini mirip dengan teori ponsel, tapi teori ini setuju bahwa deja vu berhubungan dengan kejadian yang telah berlangsung lama di masa lampau.

Teori Pemrosesan Ganda (visi yang tertunda)
Dalam banyak hal, teori-teori mengenai penyebab Deja Vu tidak berbeda jauh dari yang diajukan oleh Sigmund Freud. Namun seorang peneliti bernama Robert Efron berusaha melihat lebih jauh kedalam mekanisme otak, bukan sekedar pikiran sadar atau tidak sadar. Walaupun sangat teknikal, teori yang diajukannya dianggap sebagai salah satu teori Deja Vu terbaik yang pernah ada.

Teori Efron ini berhubungan dengan bagaimana cara otak kita menyimpan memori jangka panjang dan jangka pendek. Ia menguji teori ini pada tahun 1963 di rumah sakit Veteran Boston. Menurutnya, respon syaraf yang terlambat dapat menyebabkan deja vu. Hal ini disebabkan karena Informasi yang masuk ke pusat pemrosesan di otak melewati lebih dari satu jalur.

Efron menemukan bahwa Lobus Temporal dari otak bagian kiri bertanggung jawab untuk mensortir informasi yang masuk. ia juga menemukan bahwa Lobus Temporal ini menerima informasi yang masuk dua kali dengan sedikit delay antara dua transmisi tersebut.

Informasi yang masuk pertama kali langsung menuju Lobus Temporal, sedangkan yang kedua kali mengambil jalan berputar melewati otak sebelah kanan terlebih dahulu.

Jika delay yang terjadi sedikit lebih lama dari biasanya, maka otak akan memberikan catatan waktu yang salah atas informasi tersebut dengan menganggap informasi tersebut sebagai memori masa lalu.

Sumber :http://xfile-enigma.blogspot.com/2010/01/fenomena-deja-vu-yang-misterius.html